Pada 9 Desember, konvoi angkatan laut yang berlayar ke Manila dialihkan oleh Departemen Perang ke Hawaii dan kemudian Brisbane, Australia, menurut buku Louis Morton The Fall of the Philippines (St. John's Press, 2016). Tidak ada upaya lain untuk mempersenjatai ulang tentara Filipina.
Dalam upaya terakhir untuk bertahan melawan musuh, komandan U.S.A.F.F.E., Jenderal Douglas MacArthur memerintahkan dimulainya War Plan Orange atau WPO-3, yang berarti mundur bertahap ke Semenanjung Bataan yang menjaga pintu masuk ke Teluk Manila.
Pada 26 Desember, ibu kota Manila dinyatakan sebagai "kota terbuka" oleh Presiden Manuel L. Quezon mengikuti nasihat MacArthur untuk "menyelamatkan wilayah Metropolitan dari kemungkinan kerusakan akibat serangan", menurut Official Gazette, jurnal resmi Republic of the Philippines.
Angkatan Darat ke-14 Jepang di bawah Letnan Jenderal Masaharu Homma mengalahkan Sekutu di dataran Luzon dan merebut Manila.
Pada awal Januari 1942, Angkatan Darat ke-14 memusatkan upayanya di Bataan, sebanyak 80.000 tentara Sekutu kini terperangkap. Rencana Sekutu adalah bertahan sampai bala bantuan yang dijanjikan dari Australia dan Hawaii tiba.
Daratan Bataan dibagi menjadi dua sektor yang masing-masing dipegang oleh formasi seukuran korps. Jenderal Edward P. King berada di lapangan mengatur lapisan pertahanan yang memukul mundur serangan Jepang di darat dan laut hingga Maret 1942.
Perjuangan mempertahankan Bataan pahit dan sia-sia, meskipun itu mengilhami propaganda Sekutu seputar "Battling B*****ds", gelar yang dianut pasukan Amerika setelah Jenderal MacArthur dan stafnya melarikan diri dari Filipina pada 11 Maret.
"Pasukan Sekutu di Semenanjung Bataan tidak hanya menderita karena kelelahan dan penyakit, tetapi juga karena perasaan ditinggalkan," tulis Stephen Bye, seorang sejarawan Angkatan Darat A.S.
Akhirnya persediaan daging dan jus kalengan, lalu amunisi dan obat-obatan, menyusut. Penyakit menyebar di antara orang Amerika karena air minum yang busuk, menyebarkan disentri tropis yang mengocok perut mereka.
Pawai Kematian Dimulai
Begitu orang Amerika dan Filipina dilucuti dari senjata, para penculiknya mencaci maki mereka karena menyerah.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR