Pedagang, meskipun tidak begitu terlibat dalam Perang Salib Pertama, mereka telah lebih terlibat sejak 1200 M karena mereka ingin membuka jalur perdagangan dengan Timur.
Bahkan, untuk menguasai pusat perdagangan yang makmur seperti Antiokhia dan Yerusalem.
Selanjutnya, para pedagang bisa mendapat untung besar dari mengangkut tentara salib melintasi Mediterania. Memang, dari Perang Salib Kedua (1147-1149 M), kontrak yang menguntungkan dibuat sebelumnya untuk mengirimkan pasukan ke Timur Tengah.
Negara perdagangan Italia Venesia, Pisa, dan Genoa, serta Marseille di Prancis, adalah saingan khusus, dan masing-masing ingin mendapatkan monopoli perdagangan timur-barat.
Persaingan ini malah nantinya yang akan menimbulkan perang-perang lainnya dalam sejarah Perang Salib.
Tentara Salib
Pada abad ke-11 M, masyarakat di Eropa abad pertengahan menjadi semakin termiliterisasi.
Pemerintah pusat sama sekali tidak memiliki sarana untuk memerintah di lapangan di setiap bagian wilayah mereka.
Mereka yang memerintah dalam praktik di tingkat lokal adalah pemilik tanah besar, para baron yang memiliki kastil dan pasukan ksatria untuk mempertahankannya.
Kesatria, bahkan raja dan pangeran, juga bergabung dalam perang salib untuk prinsip-prinsip agama.
Mungkin iming-iming akhirat atau cita-cita murni bahwa orang Kristen dan situs Kristen harus dilindungi dari peradaban Islam.
Para pemuka agama pasti menggunakan alat propaganda dan menyampaikan khotbah perekrutan di seluruh Eropa. Namun, faktanya peradaban Islam hampir tidak dikenal.
Peradaban Islam menjadi musuh karena mereka telah merebut tempat-tempat suci umat Kristen, bukan secara langsung karena mereka Muslim.
Poin penting ini ditekankan oleh sejarawan M. Bull.
Riley-Smith mengatakan, pemahaman populer tentang perang salib saat ini cenderung berpikir dalam kerangka konflik besar antar agama yang dipicu oleh fanatisme agama.
"Persepsi ini terkait dengan kepekaan modern tentang diskriminasi agama, dan juga bergema dalam reaksi terhadap konflik politik saat ini di Timur Dekat dan di tempat lain. Tapi itu adalah perspektif yang, setidaknya sejauh menyangkut Perang Salib Pertama, perlu ditolak," katanya.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR