Nationalgeographic.co.id—Perubahan iklim punya dampak yang nyata bagi kehidupan manusia. Dampaknya bisa menyebabkan hilangnya sumber daya alam penting, penyakit, dan pada akhirnya memicu konflik. Oleh karena itu, kita harus berkaca ke masa lalu bahwa perubahan iklim bisa mengancam manusia.
Ancamannya bahkan bisa mengakhiri peradaban, jika tidak dipersiapkan dengan baik. Ancaman ini harus menjadi perhitungan, karena ada banyak peradaban di masa lalu yang sirna akibat perubahan iklim. Salah satunya, peradaban di Pegunungan Andes, Amerika Selatan.
Sekelompok peneliti dari University of California mengungkapkan bahwa pola kekerasan meningkat dalam sejarah peradaban di Pegunungan Andes, selama perubahan iklim di abad pertengahan. Penelitian ini menelisik perilaku sejarah dari 470 M hingga 1500 M.
Suhu meningkat, kekeringan terjadi, dan negara bagian pertama di Pegunungan Andes runtuh. Pola itu terjadi dalam jangka waktu 900 M hingga 1250 M.
"Kami menemukan bahwa penurunan curah hujan memprediksi peningkatan tingkat trauma kranial (trauma kepala)," kata Thomas Snyder, penulis utama studi yang merupakan kandidat doktor di Department of Anthropology’s Evolutionary Wing University of Calfiornia, Davis.
Dalam rilis yang dipublikasikan universitas, Snyder menjelaskan, "Pengamatan ini menunjukkan bahwa perubahan iklim dalam bentuk penurunan curah hujan memberikan dampak yang signifikan terhadap tingkat kekerasan antarpribadi di wilayah tersebut."
Snyder dan tim dalam makalah yang dipublikasikan di jurnal Quaternary Research pada 5 Juni 2023 mengungkapkan, apa yang terjadi di Pegunungan Andes adalah semakin terbatasnya sumber daya.
Kawasan di tengah hingga selatan pegunungan tersebut meningkatkan potensi persaingan, yang pada akhirnya menimbulkan kekerasan di antara penduduk saat itu.
Hal itu diungkap dari cedera kepala populasi yang tinggal di sana pada rentang waktu itu. Dari sini, para peneliti mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sana.
Para peneliti menemukan kekerasan selama tahun-tahun awal Peradaban Andes dalam analisisnya. Data mereka mencatat setidaknya ada 3.000 patah tulang manusia yang ditemukan dalam 58 situs arkeologi di Peru, Chili, dan Bolivia.
Dari situ, mereka membandingkan dengan akumulasi es pada saat itu di gletser Quelccaya, sebagai penghitungan perubahan iklim yang terjadi. Dalam studinya, terjadi penurunan akumulasi es tahunan di gletser Quelccaya 10 sentimeter.
Source | : | University of California - Davis |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR