Dalam kitab Tantri yang memuat cerita Prabhu Angling Dharma, dikisahkan bahwa Naga Raja merupakan seorang pendeta sakti sang guru pribadi dari prabhu Angling Darma yang bisa mendengarkan percakapan hewan-hewan.
Kesaktiannya mendorong kepercayaan kolektif masyarakat tradisi di Jawa dan Bali. Adapun kepercayaan rakyat Jawa terhadap naga, sebenarnya tidak hanya digambarkan pada sosok makhluk mitologi berbentuk naga, bernama Antaboga.
Sebelum kemunculannya, dalam relief peninggalan Majapahit juga muncul penggambaran wujud naga. Relief Naga bernama Nagaraja Anuhut Surya ditemukan pada candi Sawentar, Blitar, berangka tahun 1396 M.
Objek pada relief berupaya memvisualisasi seekor naga yang sedang memakan matahari. Menurut para arkeolog, objek tersebut menggambarkan masa kelam Majapahit.
Surya atau matahari, adalah lambang kebesaran dari imperium terbesar di Nusantara, Majapahit. Surya yang dimakan oleh Nagaraja, adalah bagian yang mengisahkan keruntuhan kerajaan Majapahit.
Makhluk mitologi ini setidaknya telah memberikan penggambaran tentang kengerian dan kekuatan besar yang dimilikinya. Tak pelak, secara semiotika, simbol-simbol kehancuran akan lekat dengan naga.
Kepercayaan naga kemudian terus berkembang hingga dianggap sebagai sosok dewa. Dalam versi yang lain, "bagi masyarakat Jawa, Antaboga adalah dewa penyangga bumi" tulis Marsudi.
Marsudi menulis dalam makalahnya yang berjudul "Bangkitnya Tradisi Neo-Megalitik di Gunung Arjuna", yang diterbitkan pada tahun 2015. Bahkan ia menyebut, adanya kepercayaan yang mengaitkan habitat atau tempat persembunyian Antaboga.
Dalam mitologi yang berkembang, kisah tentang Antaboga mendorong masyarakat Jawa memercayai akan adanya gua Antaboga, yang letaknya berada di Gunung Arjuna.
Mereka percaya bahwa para peziarah lelaku (tirakat atau ziarah) yang datang ke situs gua Antaboga, maka mereka akan ditemui oleh ular raksasa (naga) yang dipercaya adalah sosok Antaboga.
Saking sakralnya, masyarakat Jawa kemudian telah mengaplikasikan Antaboga pada ragam ornamen maupun ukiran hiasan. Umumnya, makhluk mitologi ini akan muncul pada hiasan gong sebagai simbol naga Jawa.
Peninggalan benda-benda kuno juga umumnya dihiasi sosok naga jawa, seperti keris, pintu candi, hingga ornamen-ornamen bernuansa Jawa.
Beberapa keris yang menggambarkan dirinya ialah keris Naga Runting, keris Naga Ransang, keris Naga Sasra dan lain sebagainya.
Begitu juga dengan masyarakat Bali, mereka selalu menyertakan patung Antaboga pada bagian depan rumahnya, atau vihara tempat mereka sembahyang.
Tentunya, eksistensi ular naga raksasa seperti halnya makhluk mitologi Antaboga, mewarnai hampir semua khazanah keagamaan dan hampir semua peradaban kuno dunia. Hingga kini, mitologi Antaboga masih lestari dalam langgam ornamen dan ukiran modern.
Source | : | Repository UNIKOM |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR