Dandolo mengusulkan, jika Prancis mau membantu Venesia dalam merebut kota pemberontak Zadar (sekarang kota di Kroasia), dia akan bersedia untuk menangguhkan hutang.
Hutan itu nanti akan dibayar dengan barang rampasan yang direbut.
Dengan sedikit pilihan, Pasukan Salib setuju, meskipun Zadar adalah kota Kristen di bawah kendali raja Hongaria yang telah mengambil sumpah pada Pasukan Salib.
Paus Inosensius diberitahu tentang rencana tersebut, tetapi hak vetonya diabaikan.
Baca Juga: Sebab Perang Troya Mitologi Yunani, Zeus Mau Kurangi Populasi Manusia
Pada November 1202, Pasukan Salib merebut Zadar dan menghabiskan musim dingin di sana. Enggan membahayakan Perang Salib, Paus Inosensius memberikan absolusi bersyarat kepada Pasukan Salib, tetapi tidak kepada orang Venesia.
Sementara itu, utusan dari Philip dari Swabia tiba di Zadar dengan tawaran dari Alexius, pangeran Bizantium.
Jika Pasukan Salib akan berlayar ke Konstantinopel dan menggulingkan kaisar yang berkuasa, Alexius akan menempatkan gereja Kristen Ortodoks Bizantium tunduk pada Roma.
Sedangkan, hasil rampasan dari konstantinopel akan dapat membayar Pasukan Salib dalam jumlah yang sangat besar. Itu adalah tawaran yang menggiurkan untuk Pasukan Salib yang kekurangan biaya.
Para pemimpin Perang Salib memang menerimanya, tetapi banyak dari kalangan bawah menolak usulan itu. Akibatnya banyak yang meninggalkan Pasukan Salib.
Pasukan Salib mulai bergerak ke Corfu, sebelum tiba di Konstantinopel pada akhir Juni 1203. Pasukan Salib mulai menyerang sudut timur laut kota Konstantinopel dan memulai peperangan.
Setelah berhasil menjatuhkan Kekaisaran Bizantium yang dipimpin oleh Alexius III ketika itu, Pasukan Salib mengangkat Isaac II sebagai penggantinya.
Isaac II adalah kaisar Bizantium sebelumnya yang dikudeta oleh Alexius III. Pasukan Salib berharap, Isaac mau mendukung penuh Pasukan Salib.
Pada awalnya, Isaac II berusaha menepati janjinya kepada Pasukan Salib. Tapi kemudian, Kekaisaran Bizantium mulai kehabisan uang. Dia juga menghadapi kebencian anti-Barat di Konstantinopel.
Alexius IV, anak Isaac II kemudian menggantikan ayahnya menjadi Kaisar Bizantium. Namun ada banyak masalah yang ditinggalkan ayahnya, terutama janji kepada Pasukan Salib.
Alexius IV dianggap tidak dapat memenuhi janjinya kepada Pasukan Salib dan membuat mereka marah. Alexius dianggap penipu dan pengkhianat dalam Sejarah Perang Salib.
Source | : | Britannica |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR