Tidak cukup sampai di situ, model AI juga menunjukkan kemungkinan untuk menghindari kenaikan suhu Bumi 2 derajat celcius.
Meskipun emisi gas rumah kaca turun dengan cepat hingga mencapai nol bersih pada tahun 2076, hanya ada peluang 1 banding 2 untuk menghindari pemanasan 2 derajat celcius pada tahun 2054.
Kemudian hanya ada peluang 2 banding 3 untuk menghindari pemanasan 2 derajat celcius antara tahun 2044 dan 2065.
"Dengan menggunakan pendekatan yang sama sekali baru yang bergantung pada keadaan sistem iklim saat ini untuk membuat prediksi tentang masa depan, kami mengonfirmasi bahwa dunia berada di titik puncak untuk melewati ambang batas 1,5 derajat celcius," kata ilmuwan iklim Noah Diffenbaugh dari University of Stanford di California.
"Model AI kami cukup yakin bahwa sudah ada pemanasan yang cukup, sehingga 2 derajat celcius kemungkinan akan terlampaui jika mencapai emisi net-zero membutuhkan waktu setengah abad lagi."
Untuk mendapatkan perkiraan ini, para ilmuwan tidak menggunakan model iklim prediktif dan anggaran karbon global untuk menghitung pemanasan di masa depan.
Para peneliti menggunakan AI yang dikenal sebagai jaringan saraf database perubahan suhu yang telah terjadi. Jaringan saraf ini menggunakan sejumlah besar nodul berbobot untuk menemukan pola dalam data yang ada.
Pola itu kemudian dapat diekstrapolasi ke masa depan. Secara khusus, proyeksi masa depan AI melihat kenaikan suhu baru-baru ini di lokasi tertentu dibandingkan dengan data referensi antara tahun 1951 dan 1980.
Pertama, para ilmuwan menguji keakuratan estimasi masa depan. AI kemudian diminta untuk memprediksi kenaikan 1,1 derajat saat ini di atas tingkat pra-industri.
Benar saja, proyeksi masa depan AI mendapatkan perkiraan yang sesuai berdasarkan yang terjadi hingga tahun 2022. Perkiraan itu dengan rentang kemungkinan dari tahun 2017 hingga 2027.
"Ini benar-benar pengujian untuk melihat apakah AI dapat memprediksi waktu (pemanasan) yang kita tahu telah terjadi," kata Diffenbaugh. "Kami cukup skeptis bahwa metode ini akan berhasil sampai kami melihat hasilnya.
"Fakta bahwa prediksi AI memiliki akurasi yang tinggi meningkatkan kepercayaan diri saya dalam memprediksi pemanasan di masa depan."
Source | : | PNAS,Stanford University |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR