Nationalgeographic.co.id—Mausoleum Kaisar Tiongkok yang pertama, Qin Shi Huang, menjadi salah satu daya tarik wisata utama di Tiongkok. Ribuan prajurit terakota melindungi makam sang kaisar. Mausoleum itu ditemukan pada tahun 1970-an di Xian, di Tiongkok barat laut
Konon, terdapat legenda yang mengerikan di balik kisah mausoleum Qin Shi Huang dan tentara terakota yang menakjubkan itu. Prajurit terakota Qin Shi Huang itu dipercaya membawa kutukan. Apakah benar demikian?
Kisah Kaisar Tiongkok Pertama Qin Shi Huang
Lahir dengan nama Zhao Zheng pada 259 Sebelum Masehi, Qin Shi Huang menjadi raja provinsi Qin di usianya yang ke-13.
Pada 221 Sebelum Masehi, ia menaklukkan beberapa provinsi lain dan memproklamasikan dirinya sebagai Qin Shi Huangdi (Kaisar Qin Pertama).
Pemerintahannya yang singkat ditandai dengan kemajuan besar dalam memusatkan kekuasaan serta tindakan tirani. Dia membakukan penulisan, bobot dan ukuran, serta sistem moneter dan hukum.
Selama masa pemerintahannya, pembangunan Tembok Besar yang tersohor dimulai. Kaisar pertama juga terkenal karena membakar buku dan menganiaya para intelektual.
Mausoleum Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang
Dijuluki keajaiban dunia ke-8, penemuan mausoleum Kaisar Tiongkok Qin Shi Huang memberikan banyak informasi tentang pemerintahan sang kaisar. “Ia dikenang sebagai seorang megalomania yang terobsesi untuk menemukan formula kehidupan abadi,” tulis Cecilia Bogaard di laman Ancient Origins.
Sejarawan berpendapat bahwa Qin Shi Huang mencapai keabadian dengan komplek makam raksasa. Komplek itu berhasil disembunyikan selama lebih dari 2.000 tahun. Makam besarnya adalah bukti pencarian keabadian, di mana monumen besar ini akan mengingatkan generasi mendatang akan kebesarannya.
Diperkirakan butuh 700.000 pekerja selama 3 dekade untuk membangun mausoleum itu. Legenda menunjukkan bahwa para pekerja ini kemudian dikubur hidup-hidup untuk mencegah perampok makam dan merahasiakan lokasi makam.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Ancient Origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR