Nationalgeographic.co.id—Ikan piranha mungkin terlihat menyeramkan, tapi sebagian besar piranha bukanlah spesies yang berbahaya di dunia hewan. Meski piranha pemakan daging, sebenarnya mereka mencari makan dengan mengais ketimbang berburu makhluk hidup. Tapi mengapa ada laporan piranha menyerang manusia?
Belum lama ini, sekelompok piranha dilaporkan menyerang 8 orang pengunjung resor di Brasil. Piranha menggigit kaki mereka, dan menyebabkan kaki para pengunjung itu berdarah. Jadi mengapa piranha menyerang manusia?
Seperti diketahui, piranha bukanlah spesies yang berbahaya di dunia hewan. Piranha sebenarnya sudah terbiasa dengan makanan gratis yang dibuang di sungai.
Akan tetapi, saat mereka melihat darah pertama kali, mungkin hal itu telah memicu para piranha untuk mencicipinya lagi.
Sekelompok piranha menyerang para pengunjung yang bermain di sungai di resor Brasil pada 1 Mei 2023 lalu. Serangan piranha itu menyebabkan sedikitnya delapan orang terluka.
Ikan itu mencabik-cabik kaki dan jari-jari orang yang mandi dengan giginya yang tajam. Serangan piranha itu membuat para pengunjung berlari menghindar keluar dari air.
Para ahli berpendapat bahwa peristiwa serangan piranha itu adalah kasus "kepribadian yang salah". Menurut mereka, sebenarnya piranha mengincar makanan yang terkadang dibuang pengunjung di restoran lokal ke sungai.
"Piranha tidak menunjukkan serangan tak beralasan pada manusia," kata Steve Huskey, seorang profesor biologi di Western Kentucky University, kepada Live Science melalui email.
"Situasi yang dapat dijelaskan adalah salah satu piranha menjadi terbiasa dengan makanan gratis dan gigitan itu hanyalah contoh lain dari kesalahan kepribadian piranha, seperti serangan hiu."
Beberapa spesies piranha, termasuk piranha berperut merah (Pygocentrus nattereri), terlibat dalam kegilaan penyerangan pengunjung tersebut.
Piranha berperut merah adalah sejenis piranha asli Amerika Selatan yang dapat ditemukan di lembah Amazon, Paraguay, Paraná dan Essequibo, serta sungai pesisir timur laut Brasil .
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR