Sarah Young mengatakan, “Dia tertarik dengan kombucha dan potensi penggunaannya sebagai pengobatan. Setelah membawanya kembali ke Jerman, dia menggunakan kombucha dalam pengobatan pasien kanker.”
Baik Rusia maupun Jerman terus menggunakan kombucha sebagai obat sepanjang awal abad ke-20, dan sejumlah besar penelitian dilakukan dalam upaya untuk memahami dan memastikan manfaat minuman tersebut. Banyak dari penelitian ini berfokus pada bagaimana kombucha dapat membantu mengatasi penyakit, masalah pencernaan dan dalam mengelola diabetes.
Baru pada masa Perang Dunia Kedua, ketika teh dan gula dijatah secara besar-besaran, tren kombucha mereda.
Tren minuman kesehatan bukanlah hal baru. Meskipun minuman seperti cola kini telah direklasifikasi dan tidak lagi dianggap sebagai produk kesehatan, kombucha kembali menjadi tren kesehatan yang populer pada tahun 1960-an.
Ketika itu kaum hippies bereksperimen dengan pengobatan alami. Manfaat meminum kombucha sekali lagi dirasakan dan dinikmati. Kebangkitan popularitas ini semakin meningkat ketika para ilmuwan Swiss mempresentasikan penelitian yang mengkonfirmasi beberapa manfaat kesehatan dari minum kombucha.
Lonjakan popularitas yang lebih mengejutkan terjadi akibat bencana Chernobyl pada tahun 1986. Para dokter memantau kesehatan orang-orang yang tinggal di kota-kota sekitar Chernobyl. Secara menakjubkan mereka menemukan bahwa ada sekelompok orang yang minum kombucha tidak terlalu menderita akibat efek radiasi dari bencana tersebut.
Walaupun kelihatannya tidak masuk akal, minuman kesehatan ini sekali lagi diadopsi oleh mereka yang sadar akan kesehatan ketika pada tahun 2011 terjadi kecelakaan reaktor nuklir Fukushima di Jepang. Setidaknya beberapa penelitian telah mengkonfirmasi bahwa minum kombucha dapat membantu melawan efek paparan radiasi ringan.
Kombucha populer juga di kalangan orang-orang yang menjalani kemoterapi karena telah membantu beberapa orang dengan efek samping pengobatan.
Meskipun penelitian modern menunjukkan bahwa kombucha memiliki beberapa manfaat kesehatan, penting untuk dicatat bahwa minuman ini tidak memberikan ramuan kehidupan seperti yang diyakini pada awalnya dan minuman ini harus dinikmati dalam jumlah sedang.
Kombucha mengandung asam laktat, bila diminum dalam jumlah banyak dapat menyebabkan penumpukan asam laktat dalam aliran darah yang dapat berakibat fatal. Karena kombucha adalah minuman fermentasi, ia mengandung sedikit alkohol. Produksi dan penjualan kombucha kini diatur lebih ketat.
Risiko lebih lanjut terkait dengan fakta bahwa kombucha secara tradisional merupakan minuman buatan sendiri. Bila tidak berpengalaman akan kesulitan dalam mensterilkan peralatan mereka dengan benar atau mengatur tingkat keasaman.
Kombucha telah dikonsumsi selama ratusan atau bahkan ribuan tahun, meskipun manfaatnya mungkin dilebih-lebihkan jika dikaitkan dengan klaim seperti menyembuhkan kanker, memulihkan rambut rontok, dan awet muda.
Namun demikian, terdapat bukti bahwa minuman tersebut bermanfaat, jika diseduh oleh praktisi berpengalaman dan dikonsumsi secukupnya.
Seperti halnya semua minuman yang memiliki manfaat kesehatan, popularitas kombucha naik turun selama bertahun-tahun. Masih dihormati, rahasia pembuatan kombucha tak lekang seiring berjalannya waktu.
Kini setelah perusahaan seperti Pepsi mengikuti tren ini, dapat dikatakan bahwa minuman yang pernah dianggap sebagai ramuan kehidupan ini setidaknya tidak akan hilang dalam waktu dekat.
Source | : | VOA Indonesia,Ancient Origins |
Penulis | : | Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR