Hal ini juga menghasilkan temuan penting lainnya, yakni dampak lingkungan terhadap lintasan adaptasi evolusi karang bersifat spesifik pada spesies tertentu. Untuk mengetahui hal tersebut, para peneliti memeriksa telomer, ujung kromosom yang merupakan pembawa informasi genetik, untuk pertama kalinya.
Pada manusia, panjang telomer berkurang selama hidup, yaitu seiring dengan meningkatnya jumlah pembelahan sel. Hal itu menunjukkan bahwa usia biologis terkait erat dengan panjang telomer.
Para peneliti ekspedisi Tara Pacific kini menemukan bahwa telomer pada karang yang sangat tahan stres selalu memiliki panjang yang sama. “Mereka tampaknya memiliki mekanisme untuk mempertahankan panjang telomernya,” simpul Voolstra.
Pada spesies karang yang lebih sensitif terhadap stres, yang juga memiliki umur lebih pendek, yaitu sekitar seratus tahun, panjang telomernya disesuaikan dengan tekanan lingkungan, seperti fluktuasi suhu. “Jejak langsung tingkat tekanan lingkungan terhadap ketahanan organisme bahkan mungkin berdampak pada kesehatan manusia,” kata Voolstra.
Gen-gen penting diduplikasi
Data penelitian dari ekspedisi Tara Pacific mengungkap bahwa umur panjang beberapa spesies karang mungkin disebabkan oleh alasan lain, yakni duplikasi gen tertentu. Banyak gen penting yang hadir berkali-kali dalam genom.
Para peneliti dapat menentukan hal ini melalui pengurutan genom karang menggunakan teknik resolusi tinggi baru. Teknik yang disebut long-read sequencing ini memungkinkan untuk tidak hanya menentukan kumpulan gen yang ada, tetapi juga melihat urutannya dalam genom.
Menurut Voolstra, banyaknya duplikasi gen bisa menjadi penjelasan mengapa karang bisa hidup ribuan tahun meski terkena, misalnya, radiasi UV ekstrem di perairan dangkal.
Ekspedisi Tara Pacific, yang diberi nama sesuai dengan nama kapal penelitian tersebut, akan menyediakan material untuk analisis keanekaragaman ekosistem terumbu karang dalam skala besar di tahun-tahun mendatang.
Yang juga membuat program ini unik adalah sampel dikumpulkan dari berbagai lokasi dan selama beberapa tahun. Para peneliti memeriksa karang di setiap lokasi dengan cara yang sama, sehingga hasilnya dapat dibandingkan.
Seluruh pengumpulan data bisa diakses secara bebas
Semua kumpulan data dapat diakses secara terbuka dan dijelaskan secara lengkap disertai pengukuran fisik dan kimia untuk menjadikannya sebagai sumber ilmiah bagi semua peneliti. “Ini unik,” kata Voolstra.
“Ini adalah kumpulan data terumbu karang terbesar yang pernah dikumpulkan dan sepenuhnya merupakan akses terbuka.” Tujuannya adalah pengumpulan data ini akan berfungsi sebagai landasan dan inventarisasi untuk memandu studi masa depan mengenai terumbu karang di seluruh dunia selama bertahun-tahun.
Artikel ini adalah bagian dari sinergi inisiatif Lestari KG Media bersama Saya Pilih Bumi, Sisir Pesisir dengan media National Geographic Indonesia, Initisari, Infokomputer, dan GridOto.
Source | : | University of Konstanz |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR