Nationalgeographic.co.id—Tipu Sultan adalah salah satu penguasa dari dunia Islam yang paling ditakuti Kerajaan Inggris. Dia menjadi mimpi buruk Kerajaan Inggris sekaligus musuh yang terus dikenang hingga sekarang.
Benda peninggalan Tipu Sultan masih dipajang di Inggris. Tepatnya di Victoria and Albert (V&A) Museum di London.
Di antara sekian banyak harta karun raja yang dikumpulkan di Victoria and Albert (V&A) Museum, terdapat sebuah benda yang sangat aneh, yang sangat berbeda dari yang lain. Benda itu adalah pajangan seekor harimau kayu yang hampir seukuran manusia sedang menganiaya seorang tentara Eropa dalam bentuk robot.
Harimau kayu ini lebih dari sekadar mainan mekanis yang bisa dilihat oleh orang-orang yang lewat. Pajangan ini mewakili upaya seorang jenius militer kelompok India yang dipimpin Tipu Sultan, yang ambisinya jauh melampaui zamannya.
Tipu Sultan adalah putra Haider Ali, seorang prajurit kaya raya yang buta huruf yang naik pangkat di tentara Mysore untuk merebut kendali dari Maharaja dan menyatakan dirinya sebagai Sultan pada tahun 1761.
Sebagai penguasa yang cakap, Haider mempekerjakan tentara bayaran Prancis untuk membantu mengadopsi taktik militer Eropa di dalam pasukannya, meningkatkan efisiensi mereka dan memungkinkan dia memperluas kerajaannya, yang setara dengan kota Mysore saat ini di negara bagian Karnataka.
Haider berperang dua kali dengan British East India Company. Dalam perang kedua, putranya, Tipu Sultan, membuktikan keberaniannya di Pertempuran Pollilur. Tipu memberikan pukulan terberat kepada Inggris di anak benua itu.
Kisah kejayaan ayah dan anak ini menyebar ke seluruh dunia. Mulai dari Eropa hingga ke para pendiri Amerika Serikat, dan mereka menjadi terkenal.
Mewarisi takhta pada tahun 1782 selama masa perang, Tipu Sultan berhasil mengalahkan Inggris dengan menangkap satu dari lima perwira mereka yang ada di India dan mengakhiri perang dengan menjadi satu-satunya dari dua orang di Asia Selatan yang mendikte ketentuan perjanjian kepada Inggris.
Seperti ayahnya, Tipu Sultan memahami bagaimana dan mengapa dunia Barat telah maju lebih jauh dibandingkan dunia Timur. Meskipun menerima warisan yang besar dan kuat, termasuk kerajaan seluas 80.000 mil persegi, enam juta rakyat, dan militer paling efektif di wilayah tersebut, Tipu Sultan terus membangun kesuksesan ayahnya dengan mencontohkan pemerintahannya sesuai dengan gaya Eropa.
Muhammad Umer menulis di TRT World bahwa Tipu Sultan melihat pemerintahannya sebagai Sarkar-i-Khudad (pemberian Tuhan), dan tanggung jawabnya untuk meningkatkan kehidupan rakyatnya. Dan dia sukses secara luas.
"Secara personal mengawasi setiap departemen pemerintahannya, Tipu Sultan mempunyai banyak jabatan, mulai dari kepala pedagang hingga panglima tertinggi," tulis Umer.
Source | : | TRT World |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR