Hukuman bagi pembunuh di Phlegethon dan Cocytus
Phlegethon (Sungai Api), mengalir sejajar dengan Cocytus (Sungai Ratapan). Kedua sungai itu menyatu dalam air terjun deras yang jatuh ke Acheron, menurut puisi Homer.
Plato menggambarkan Phlegethon sebagai “aliran api, yang melingkari bumi dan mengalir ke kedalaman Tartarus”. Sementara tanah di tepiannya berubah menjadi tanah liat yang terbakar tempat ia bertemu dengan air.
Setiap orang mati yang telah melakukan pembunuhan ibu atau ayah ketika masih hidup akan dilemparkan ke Phlegethon.
Sementara siapa pun yang telah melakukan jenis pembunuhan lain dengan darah panas dan menyesali tindakan mereka, kemudian dilemparkan ke Cocytus.
Mereka semua terus berpindah antara Tartarus dan Danau Acheron melalui dua sungai. Sampai mereka mendapatkan pengampunan dari korbannya yang mereka mohon dengan tangisan dan teriakan keras.
Namun, mereka lebih beruntung daripada pembunuh berdarah dingin dan tidak bertobat, yang akan langsung berakhir di Tartarus.
Mitos Phlegethon mengilhami Dante dalam bukunya “Inferno” dan Edgar Allan Poe dalam bukunya Descent into the Maelstrom.
Lethe, sungai terlupakan di dunia bawah tanah Yunani
Nama Sungai Lethe diambil dari kata Yunani kuno yang berarti terlupakan dan diabaikan.
Orang Yunani kuno percaya bahwa jiwa dibuat untuk minum dari sungai ini agar ingatan mereka dihapus sebelum bereinkarnasi. Sehingga mereka tidak dapat mengingat kehidupan masa lalu mereka.
Namun, prasasti Orphic pada liontin kuno menyarankan pemakainya untuk tidak minum dari Sungai Lethe melainkan mencari perairan Mnemosyne, Kolam Ingatan. Liontin itu digali di Italia Selatan dan dipamerkan di British Museum.
Sungai Lethe tidak diidentifikasikan dengan sungai tertentu di Yunani modern. Namun, Pausanias dan Plutarch menyebutkan dua mata air bernama Lethe dan Mnemosyne di kuil ramalan pahlawan dan dewa lokal Trophonius di Boeotia di Yunani Tengah.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR