Ia punya alasan untuk marah pada Agamemnon, karena dia telah mengorbankan putri mereka. Ia mungkin juga marah padanya karena Agamemnon telah membunuh suami pertamanya dan membawanya tinggal bersamanya dengan paksa.
“Bersama dengan Aegisthus, ia mulai merencanakan balas dendam terhadap suaminya,” terang Juan.
Ketika Agamemnon kembali ke Troy, beberapa sumber mengatakan bahwa Clytemnestra memberinya sambutan hangat. Kemudian, ketika ia mencoba untuk mandi, ia melemparkan sebuah jaring besar ke arahnya dan menikamnya dengan pisau.
Dalam catatan lain, Aegisthus memberikan pukulan yang mematikan pada Agamemnon hingga membuatnya mati.
Setelah kematian Agamemnon, Clytemnestra dan Aegisthus secara resmi menikah dan memerintah Mycenae selama tujuh tahun.
Orestes, yang sebelumnya diselundupkan ke luar kota, kembali ke Mycenae untuk membalas dendam kepada mereka yang telah membunuh ayahnya. Ia menghabisi Aegisthus dan Clytemnestra.
Meskipun ia telah terbunuh, arwah Clytemnestra meyakinkan Erinyes, tiga dewi yang dikenal sebagai roh pembalasan, untuk menganiaya Orestes.
Orestes dikejar-kejar oleh para Erinyes (Kemurkaan) atas kejahatan ini sampai akhirnya ia berhasil dimurnikan oleh Apollo dan Athena.
Apakah Clytemnestra adalah Korban atau Pelaku?
Ada beberapa argumen untuk kedua sisi dari koin ini. Memang benar bahwa Clytemnestra memiliki kehidupan yang sulit karena beberapa tindakan suaminya.
Sebagai contoh, ia kehilangan putri kesayangannya, yang membuatnya terpuruk dan menjadi penyebab atas tindakan-tindakannya di kemudian hari.
“Ia juga dikhianati oleh Agamemnon, yang dalam beberapa versi mitos membawa Cassandra sebagai hadiah perang dan selir. Semua ini membuat Clytemnestra tidak memiliki kebebasan dan kekuasaan, tak berdaya di dunia pria,” terang Juan.
Namun, di sisi lain, ia melakukan pembunuhan berencana dan berencana untuk merebut kekuasaan dan tahta suaminya. Dalam beberapa kisah, ia membunuh Cassandra, mungkin karena cemburu.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR