Pengawal itu kemudian diberi gelar kebangsawanan dengan ketukan sederhana di bahu atau leher dengan tangan atau pedang, atau bahkan pukulan berat.
Tindakan itu dimaksudkan sebagai pukulan terakhir yang harus dia lakukan tanpa membalas dan untuk mengingatkannya akan hal itu.
Sejak saat itu, dia memiliki kewajiban dan tugas moralnya untuk tidak mempermalukan orang yang melakukan pukulan tersebut.Selanjutnya, dia diberikan kudanya, kemudian perisai dan jubahnya. Jubah itu mungkin memuat lambang keluarganya dan selanjutnya upacara diakhiri dengan pesta besar.
Kesatria pemula bisa datang dari latar belakang apa pun, yang dibutuhkan hanyalah keberanian dan usaha. Banyak kesatria pemula diberi gelar di medan perang oleh seorang raja atau penguasa.
Biasanya gelar diberikan setelah menunjukkan keberanian dan efektivitas tertentu dalam melawan musuh.
Namun, pada abad ke-13, sebagian besar kesatria adalah putra kesatria atau keturunan bangsawan. Hal itu karena kelas tersebut berusaha mempertahankan eksklusivitasnya dalam masyarakat.
Untuk menjadi kesatria, tentu saja harus mahir menunggang kuda sambil membawa perisai kulit dan kayu berbentuk segitiga panjang. Kesatria juga harus bisa membawa serta tombak kayu sepanjang 2,4-3,0 meter (8-10 kaki).
Jadi dia perlu berlatih membimbing kudanya hanya dengan menggunakan lutut dan kakinya. Kesatria juga harus mampu menggunakan pedang berat dengan panjang bilah hingga satu meter (40 inci).
Pedang itu yang akan digunakan untuk pertempuran jangka panjang dan cukup sehat untuk bergerak dengan kecepatan sambil mengenakan baju besi logam berat. Kemahiran dengan senjata tambahan seperti belati, kapak perang, gada, busur, dan panah otomatis mungkin juga berguna.
Pakaian Kesatria
Seorang kesatria akan menggunakan baju besi lengkap. Baju besi seorang kesatria, dari abad ke-9, terbuat dari baju besi berantai yang terdiri dari cincin besi kecil yang saling berhubungan.
Source | : | World History Encyclopedia |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR