Nationalgeographic.co.id – Henry VIII adalah raja Inggris yang terkenal mempunyai 6 istri dalam sejarah Abad Pertengahan. Salah satu kisah asmaranya yang menarik perhatian adalah dengan sosok wanita bernama Anne Boleyn.
Pernikahan Henry VIII dengan Anne Boleyn telah membuat orang terpesona selama berabad-abad karena mereka bertanya-tanya apa sebenarnya yang mendorong Henry melakukan tindakan ekstrem untuk menikahi Anne. Namun sayangnya, cinta yang berawal manis harus berujung tragis dalam sejarah Abad Pertengahan.
Awal Mula Kisah Cinta Anne Boleyn dan Henry VIII
Henry VIII terkenal memiliki banyak istri, tetapi ia menikah dengan istri pertamanya, Catherine dari Aragon selama hampir 24 tahun dalam sejarah Abad Pertengahan. Henry bertemu Anne Boleyn, salah satu dayang Catherine, sekitar tahun 1522.
Dalam catatan sejarah Abad Pertengahan, Anne bukanlah wanita tercantik di istana, tapi dia terpelajar, cerdas, menarik dan eksotik, setelah menghabiskan sebagian besar masa remajanya di Prancis.
Tergila-gila pada Anne
Pada tahun 1526, Henry tergila-gila pada Anne. Berbeda dengan saudara perempuannya, Mary, Anne menolak menjadi simpanan Henry, dengan mengatakan bahwa dia hanya akan tidur dengannya ketika mereka sudah menikah. Pasangan ini bertukar surat cinta yang penuh semangat dan pacaran sampai Henry melamar Anne.
Henry berusaha agar pernikahannya dengan Catherine dibatalkan oleh Paus. Dia belum memberinya seorang putra dan ahli waris. Kehamilan serta keguguran selama bertahun-tahun bukanlah hal yang baik baginya.
Ditambah dengan kegilaannya pada Anne, Henry mulai mengutip ayat-ayat Alkitab, mengklaim pernikahannya dikutuk di mata Tuhan, karena Catherine adalah janda saudara laki-lakinya.
Paus, Klemens VII, enggan mengabulkan keinginan Henry. Catherine adalah seorang putri Spanyol dan bibi Kaisar Romawi Suci, Charles V membatalkan pernikahannya akan menimbulkan konsekuensi politik yang serius.
Pengadilan gerejawi dipanggil untuk mengadili masalah tersebut di Inggris, namun setelah perdebatan selama berbulan-bulan, permintaan pembatalan tersebut ditolak.
Kardinal Wolsey, ketua menteri Henry, telah mempelopori upaya pembatalan tersebut dan gagal. Dia dengan cepat memberikan ruang bagi Thomas Cromwell yang berpikiran cepat dan berpikiran hukum untuk menggantikannya.
Cromwell dan Anne mendorong Henry untuk mengabaikan Paus, namun pertemuan para pengacara dan pendeta menyarankan untuk tidak melakukannya. Maka dimulailah sebuah proses yang berpuncak pada Henry menjadi Kepala Tertinggi Gereja di Inggris dan memisahkan diri dari Roma seluruhnya.
Henry masih menginginkan dukungan untuk pernikahannya. Jadi, dia pergi ke Prancis dan meminta persetujuan Francis I, raja Prancis. Mendapat persetujuan tersirat, ia kemudian mengadakan upacara pribadi di London pada tanggal 25 Januari 1533.
Uskup Agung Canterbury, Thomas Cranmer, kemudian menyatakan pernikahan Henry dengan Catherine batal demi hukum. 5 hari kemudian pernikahan dengan Anne dinyatakan sah.
Beberapa sumber menyebutkan mereka menikah dalam upacara rahasia lainnya pada bulan November 1532, tak lama setelah mereka kembali dari pertemuan mereka dengan Francis I di Calais.
Anne mungkin merasa was-was dengan pernikahan pertamanya, sehingga ia tak ingin memberikan alasan kepada siapa pun untuk meragukan keabsahannya sebagai ratu.
Pernikahan di bulan Januari dilakukan persis seperti yang tertulis dalam buku, sehingga posisi Anne sebagai istri tidak diragukan lagi.
Kebutuhan untuk melegitimasi persatuan mereka saat ini sangatlah penting karena Anne sudah hamil. Para pendukung Elizabeth I, satu-satunya anak Anne dan Henry yang masih hidup, kemudian menyoroti upacara sebelumnya pada tanggal 14 November 1532 untuk membuktikan bahwa Elizabeth tidak dikandung dalam pernikahan.
Anne Diekesekusi Akibat Tuduhan Selingkuh
Henry dan Anne akhirnya menikah. Namun hal itu tidak bertahan lama. Watak berapi-api, dan kecerdasan yang membuat Henry terpikat sebagai seorang simpanan bukanlah kualitas yang diinginkannya dari seorang istri.
Ketidakmampuan Anne untuk memberinya seorang putra dan ahli waris membuat pernikahannya dengan Henry diambang kehancuran.
Hanya 3 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Mei 1536, Ratu Anne Boleyn, istri kedua Henry VIII dipenggal. Eksekusi mati ini dilaksanakan setelah Anne dinyatakan bersalah melakukan perzinahan, inses, dan pengkhianatan.
Anne pun dieksekusi mati. Terlepas dari bersalah atau tidaknya Anne, Henry telah memutuskan bahwa Anne harus pergi.
Nyatanya, apakah dia benar-benar tidak setia padanya atau tidak, itu tidak penting. Intrik musuh-musuhnya termasuk mantan sekutunya Thomas Cromwell dan pencarian Henry yang tiada henti untuk mendapatkan seorang putra menjadikan hal ini tidak relevan.
Henry kemudian menikah dengan Jane Seymour, yang akhirnya memenuhi keinginannya untuk mendapatkan ahli waris.
Kemurahan hati Henry yang terakhir adalah memenggal kepala Anne oleh seorang pendekar pedang yang ahli, yakni algojo Calais dalam sejarah Abad Pertengahan. Metode eksekusi tersebut jauh lebih bersih, ramah dibandingkan kematian dengan kapak.
Kapak ditebang, sementara pedang itu diiris dengan rapi. Orang yang dipenggal dengan pedang diperintahkan untuk berlutut tegak dan tetap diam jika mereka ingin menghindari cedera yang parah.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR