Nationalgeographic.co.id—Sebuah misteri telah membingungkan para arkeolog selama bertahun-tahun. Sampai pada akhirnya para arkeolog menemukan sawah basah tertua di dunia dan lokasi istana kekaisaran dinasti Yuan yang disebut sebut telah hilang.
Pada bulan November 2015, sawah tersebut ditemukan di reruntuhan Neolitikum Hanjing di daerah Sihong, Provinsi Jiangsu, Tiongkok Timur. Seperti yang dilansir Ancient Origins, China Daily mengatakan bahwa para ahli menyatakan temuan tersebut sebagai yang tertua di dunia.
Lin Liugen, kepala lembaga arkeologi, mengatakan, “Masyarakat Tiongkok mulai menanam padi sekitar sepuluh ribu tahun yang lalu. Walau sisa-sisa padi cukup langka, beras berkarbonisasi sejak masa awal tersebut telah ditemukan".
Lahan tersebut luasnya kurang dari 100 meter persegi dan dibagi menjadi beberapa bagian dengan bentuk berbeda. Masing-masing luasnya kurang dari 10 meter persegi.
Para peneliti juga menemukan beras berkarbonisasi yang dikonfirmasi telah tumbuh lebih dari 8.000 tahun yang lalu. Bukti sejarah kuno ini diketahui berdasarkan penanggalan karbon, serta bukti bahwa tanah tersebut berulang kali ditanami padi.
Lin mengatakan kepada harian Tiongkok bahwa temuan ini penting untuk penelitian tentang asal usul pertanian padi di Tiongkok.
Menurut lansiran Global Times, para ahli menyebut lokasi situs sawah kuno di Provinsi Zhejiang, Tiongkok Timur, menjadi bagian sejarah dunia kuno yang berusia 7.000 tahun dan merupakan sumber penting penemuan prasejarah terbesar. Para pakar di Tiongkok menemukan sawah kuno ini diketahui yang paling awal di dunia dalam penelitian sejarah.
“Total luas sawah prasejarah di situs Shiao di Yuyao propinsi Zhejiang adalah sekitar 900.000 meter persegi," terang Wang Yonglei, ketua tim proyek sawah Institut Peninggalan Budaya dan Arkeologi Zhejiang, kepada Global Times.
Penemuan menarik kedua berupa peninggalan berusia 600 tahun dari zaman Dinasti Yuan (1271-1368). Artefak tersebut ditemukan terkubur di jantung Kota Terlarang.
Heritage Daily yang dikutip dari Ancient Origins melaporkan bahwa temuan tersebut dibuat selama pekerjaan pemeliharaan di situs bersejarah tersebut berlangsung. Tampaknya pecahan ubin dan potongan porselen telah digali pada tahun sebelumnya. Setelah waktu berselang, para peneliti baru memiliki waktu untuk menilai dan menentukan tanggal artefak tersebut.
Li Ji, kepala Departemen Arkeologi di lembaga penelitian akademik yang terafiliasi dengan museum, mengatakan, “Tiga lapisan peninggalan Dinasti Qing, Dinasti Ming, dan Dinasti Yuan ini menunjukkan bagaimana tata letak bangunan berubah seiring waktu.”
Namun dia juga mengatakan bahwa banyaknya pembangunan perkotaan pada Dinasti Ming menjelaskan banyak alasan mengapa tidak ada peninggalan Yuan yang ditemukan sebelumnya.
Source | : | Global Times,Ancient Origins |
Penulis | : | Cicilia Nony Ayuningsih Bratajaya |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR