Setelah Kekaisaran Romawi Barat runtuh, Kekaisaran Romawi Timur atau Bizantium bertahan hingga jatuhnya Konstantinopel pada 1453 Masehi. Meski terkait secara budaya dengan Yunani dan Roma Kuno, Bizantium sering dianggap terpisah dari sejarah Barat.
Selama Abad Pertengahan di Eropa Barat, wilayah tersebut terbagi menjadi kerajaan dan wilayah feodal. Masa ini ditandai dengan Kristenisasi yang kuat, yang sangat memengaruhi hubungan antar negara dan dengan dunia Islam.
Dunia Islam memainkan peran penting dalam menerjemahkan teks-teks Yunani kuno, yang kemudian tersebar di Eropa.
Eropa Barat pada masa itu kurang tertarik pada Yunani Kuno, namun pada Renaisans dan awal Modernitas, pemahaman akan pentingnya warisan Yunani Kuno berkembang. Pada masa inilah ide tentang Yunani Kuno sebagai dasar budaya Eropa lahir.
Yunani Kuno: Tempat Lahirnya Peradaban Barat?
Pentingnya Yunani Kuno dalam imajinasi Eropa sangatlah besar. Keyakinan bahwa akar Eropa modern dapat ditelusuri kembali ke Yunani Kuno adalah keyakinan yang kuat.
Namun, konsep Yunani sebagai tempat lahirnya peradaban Barat sering kali digunakan secara tidak kritis atau untuk tujuan jahat (seperti di kalangan supremasi kulit putih dan organisasi rasis).
“Penting untuk mengenali dan mengingat pencapaian intelektual Yunani Kuno serta warisan dan pengaruhnya yang bertahan lama,” jelas Mirjana. “Namun, penting juga untuk memahami bahwa gagasan tentang Yunani Kuno sebagai tempat lahirnya peradaban Barat memiliki sejarahnya sendiri.”
Namun, ada satu persoalan. Sejak jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453, wilayah Yunani berada di bawah kendali Kekaisaran Ottoman. Hal ini membuat orang Eropa pada abad ke-18 dan 19 memandang Yunani sebagai "Timur".
Dengan kata lain, bagi Eropa Barat, keturunan budaya "zaman kuno yang agung" lebih merujuk pada diri mereka sendiri ketimbang kepada orang Yunani modern.
Gagasan-gagasan ini terus berkembang hingga abad ke-19 saat Revolusi Industri dan Kolonialisasi meneguhkan dominasi Eropa Barat.
Sementara itu, konsep tentang ras, yang pertama kali diuraikan pada abad ke-18, semakin menjadi kuat. Para elit Eropa menegaskan bahwa dominasi dan kemajuan mereka di seluruh dunia berasal dari keyakinan akan superioritas ras mereka.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR