Nationalgeographic.co.id - Pandangan modern terhadap Hades sering kali menceritakannya sebagai karakter yang kejam, tidak berbelas kasihan, dan terkait dengan konsep kematian serta kegelapan. Faktanya, dalam mitologi Yunani, gambaran Hades lebih kompleks.
“Meskipun orang Yunani melihat dewa Dunia Bawah sebagai dewa yang kejam, mereka tidak selalu berpikir bahwa dia jahat seperti yang kadang-kadang ditampilkan saat ini,” tulis Mike Greenberg pada laman Mythology Source.
Sebagai dewa kematian, tak syak jika Hades menempati daftar dewa yang paling ditakuti dalam mitologi Yunani. Namun, perlu dicatat, bahwa sebenarnya Hades tak lebih temperamental ketimbang Zeus, Poseidon, atau Athena. Bahkan ia akan memberikan kasih dan kebaikan kepada mereka yang dipilihnya.
“Hades bahkan dapat tergerak untuk melakukan tindakan belas kasihan yang besar,” jelas Mike.
Kala Orang-Orang Yunani Kuno Enggan Menyebut Nama Hades
Karena prasasti dan catatan tertulis, kita tahu bahwa penguasa Dunia Bawah Yunani bernama Hades. Namun, pada zaman Yunani kuno, Anda mungkin jarang mendengar namanya.
Orang-orang di dunia kuno percaya bahwa menyebutkan nama akan menarik perhatian orang atau dewa yang bersangkutan. Sama seperti kebanyakan orang yang akan menoleh jika mendengar namanya dipanggil.
Sebagai penguasa Dunia Bawah, tidak ada yang ingin memanggil Hades secara tidak sengaja. Mereka khawatir bahwa perhatian dari dewa kematian dapat mempercepat kematian mereka sendiri.
Untuk mencegah malapaetaka, orang-orang menghindari menyebut nama sang dewa. Mereka menggunakan julukan untuknya sebagai gantinya. Nama yang paling umum digunakan untuk Hades adalah Plouton, sebuah kata yang berarti kekayaan.
Nama ini tidak hanya menghindari tabu untuk menyebut nama dewa secara langsung, Mike menjelaskan, tetapi juga untuk menenangkannya.
“Dengan memberikan julukan yang berkonotasi positif pada sang dewa, orang-orang berharap bahwa mereka dapat mencegah sang dewa menjadi marah pada mereka,” kata Mike.
Nama tersebut kemudian diserap ke dalam bahasa Latin menjadi Pluto, nama yang paling umum digunakan untuk dewa kematian Romawi. Namun, ada beberapa nama lain yang lebih halus yang diberikan kepada Hades.
Tidak Ada yang Tahu Seperti Apa Hades Mitologi Yunani
Sama seperti Hades yang jarang dibicarakan secara langsung, dia juga jarang digambarkan secara langsung. Orang Yunani percaya bahwa gambar dapat memiliki kekuatan yang sama dengan kata-kata. Dengan membuat lukisan atau patung dewa, mereka bisa menarik perhatiannya.
Lebih buruk lagi, mereka bisa menarik kemarahannya. Representasi yang tidak menyenangkan berisiko membuat marah dewa yang ditampilkan.
Karena alasan tersebut, tidak seperti dewa-dewa Yunani lainnya, oleh karena itu, Hades tidak memiliki ikonografi yang pasti.
Mike menjelaskan, bahwa gambar-gambar yang menampilkannya menunjukkan sang dewa dalam berbagai zaman.
“Beberapa menggambarkan seorang penguasa yang terhormat, mirip dengan Zeus berjanggut atau Poseidon, sementara yang lain menunjukkan dewa yang lebih muda atau dewa yang dicukur bersih,” kata Mike.
Satu hal yang digunakan untuk mengidentifikasi dewa kematian dalam seni adalah anjing penjaga setianya, Cerberus. Anjing berkepala tiga ini sering ditampilkan di samping dewa kematian.
Hades terkadang juga dapat diidentifikasi dengan fakta bahwa ia melihat ke arah yang berlawanan dengan dewa-dewa lainnya. Dia sering digambarkan sendirian, di sisi kelompok yang lebih besar.
Sang Penyayang: Sisi Lain Hades Mitologi Yunani
Meskipun orang-orang di kala itu takut menyebut nama Hades karena suatu alasan, sejatinya Hades bukanlah karakter yang jahat. Dia dikenal tegas, tetapi juga adil dan tidak memihak.
Salah satu kisah belas kasih Hades adalah Ketika wabah melanda Boeotia. Orang-orang berkonsultasi dengan Peramal Delphi untuk mengetahui cara menghentikan penyakit tersebut. Mereka diberitahu bahwa mereka harus memohon kepada para dewa Dunia Bawah.
Hades dan Persephone marah kepada orang-orang. Satu-satunya cara untuk menenangkan mereka adalah dengan mengirimkan dua gadis muda kepada mereka sebagai korban.
Gadis-gadis yang dipilih adalah Metioche dan Menippe, putri-putri Orion. Meskipun mereka masih muda, kedua gadis itu menghadapi nasib mereka dengan berani dan dengan sukarela mendekati altar untuk menyelamatkan bangsanya.
Hades dan Persephone sangat tersentuh oleh tampilan keberanian dan tanpa pamrih ini. Sebelum putri-putri Orion dapat dikorbankan, Hades mengubah mereka menjadi komet.
Selain kisah tadi, contoh paling terkenal tentang Hades yang tergerak untuk berbelas kasihan adalah kisah tragis Orpheus dan istrinya, Euridice. Dia secara tragis meninggal karena gigitan ular pada hari pernikahan mereka.
Karena patah hati, Orpheus memutuskan untuk pergi sendiri ke Dunia Bawah untuk meminta belas kasihan Hades.
Orpheus mencapai singgasana Hades dan Persephone lalu memohon bantuan mereka. Dia memainkan sebuah lagu untuk menceritakan kisahnya.
Hades setuju untuk mengizinkan Eurydice meninggalkan Dunia Bawah, sesuatu yang tidak pernah diizinkan sebelumnya. Namun demikian, ada aturan ketat untuk kepergiannya.
Orpheus diperintahkan untuk berjalan di depan istrinya dan tidak boleh menoleh ke belakang sampai mereka sampai di permukaan. Singkat cerita, Orpheus gagal menjalankan syarat tersebut, dan kekasihnya hilang untuk selama-lamanya.
Menurut Mike, dibandingkan dengan banyak dewa lainnya, Hades tampaknya memiliki hubungan yang baik dengan istrinya. Meskipun Persephone telah dibawa ke Dunia Bawah tanpa persetujuannya, dia menjadi ratu yang cakap dan terlibat.
“Dia adalah makhluk yang harus ditakuti dan dihormati, tetapi dia juga mampu memberikan cinta dan belas kasihan yang besar,” kata Mike.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR