Penemuan Jalan Bimini, formasi batuan terendam, pada tahun 1960-an memicu kehebohan di kalangan pencinta Atlantis.
Beberapa orang berspekulasi bahwa struktur batu linier ini mungkin merupakan sisa-sisa kota yang hilang. Namun, penelitian geologi menunjukkan bahwa formasi ini terjadi secara alami dan bukan buatan manusia.
Gagasan bahwa Atlantis mungkin terletak di Antarktika juga mendapat perhatian dari beberapa peneliti. Mereka berpendapat bahwa benua itu dulunya bebas es dan merupakan rumah bagi peradaban maju.
Pembekuan dan pergeseran lapisan es yang cepat bisa saja menenggelamkan seluruh kota dan membuatnya tetap berada di bawah lapisan es.
Dalam beberapa tahun terakhir, citra satelit dan teknologi pemindaian canggih telah membuka jalan baru untuk eksplorasi.
Beberapa peneliti telah menggunakan alat ini untuk mengidentifikasi struktur bawah air atau anomali di dasar laut yang mungkin mengisyaratkan adanya pemukiman kuno.
Daerah di lepas pantai Spanyol, dekat Selat Gibraltar, menjadi perhatian khusus, mengingat referensi Plato tentang Atlantis yang berada di luar "Pilar Hercules".
Meskipun ada upaya-upaya ini, bukti pasti mengenai Atlantis masih sulit dipahami. Atlantis sebagai kota yang hilang telah memikat imajinasi selama berabad-abad, kisah ini bukannya tanpa skeptis dan kritik.
Banyak sarjana dan sejarawan percaya bahwa kisah Atlantis, seperti yang disampaikan oleh Plato, tidak boleh dianggap sebagai catatan sejarah literal melainkan sebagai alegori atau perumpamaan filosofis.
Salah satu kritik utama berkisar pada kurangnya catatan kontemporer atau penyebutan Atlantis di luar tulisan Plato.
Mengingat besarnya ukuran, pengaruh, dan kekuatan peradaban Atlantis, sungguh mengejutkan bahwa tidak ada teks atau catatan kuno lainnya, baik Yunani atau dari peradaban tetangga, yang menyebutkan kekaisaran dominan tersebut.
Tidak adanya bukti yang menguatkan ini menyebabkan banyak orang mempertanyakan kebenaran pernyataan Plato. Hal skeptis lainnya adalah garis waktu yang dikemukakan oleh Plato. Menurut tulisannya, Atlantis sudah ada sekitar 9.000 tahun sebelum zamannya, menempatkan peradaban tersebut sekitar 11.000 tahun yang lalu dari saat ini.
Garis waktu ini mendahului banyak peradaban kuno yang diketahui dan menantang pemahaman kita saat ini mengenai perkembangan manusia dan kemajuan masyarakat pada era tersebut.
Selain itu, beberapa pakar berpendapat bahwa sifat rinci dan spesifik dari catatan Plato, khususnya mengenai pengukuran, geografi, dan struktur masyarakat, lebih menunjukkan narasi fiksi daripada penceritaan sejarah.
Mereka berpendapat bahwa Plato mungkin menggunakan kisah Atlantis sebagai sarana untuk menyampaikan gagasan filosofis tentang pemerintahan, moralitas, dan bahaya keangkuhan, daripada mendokumentasikan peristiwa sejarah yang sebenarnya.
Terakhir, banyaknya lokasi yang diusulkan untuk Atlantis, mulai dari Mediterania hingga Karibia dan bahkan Antarktika, semakin memicu skeptisisme. Apalagi, keberagaman teori-teori tersebut sering kali didasarkan pada bukti lemah.
Source | : | History |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR