Salah satu perwujudan, sekaligus bukti arkeologis kekayaannya, dapat dilihat pada monumen yang mereka bangun. Salah satu monumen tersebut adalah Qasr al-Farid. "Ia adalah makam yang belum selesai dibangun, yang berdiri sendiri ditengah gurun. Makam terbesar di situs arkeologi Madâin Sâlih," tambahnya.
Monumen ini berdiri setinggi empat lantai. "Tujuan pendiriannya dimaksudkan untuk menjadi indikator kekayaan dan status sosial dalam peradaban bangsa-bangsa Arab," tulis Al-Fassi.
"Proses pembangunannya tidak seperti makam lain di sekitarnya. Qasr al-Farid memiliki empat pilar, yang umumnya makam lain memiliki dua pilar saja" terang Al-Fassi dalam tulisannya.
Hal tersebut dimungkinkan karena kualitas pekerjaan lebih kasar pada bagian bawah makam. "Ada anggapan bahwa monumen itu dibuat, dimulai dari atas ke bawah," tambahnya.
"Namun, Qasr al-Farid hanyalah salah satu dari lebih dari 100 makam monumental yang tersebar di sekitar lanskap Madâin Sâlih," tulis Loring M. Danforth. Danforth menulisnya pada JSTOR, dalam jurnalnya berjudul Crossing the Kingdom: Portraits of Saudi Arabia. Tulisannya dipublikasikan pada tahun 2016.
"Madâin Sâlih, sebuah situs yang dimasukkan oleh UNESCO sebagai situs Warisan Dunia pada tahun 2008," tambahnya. Qasr al-Farid adalah salah satu makam paling terkenal di Madâin Sâlih.
"Dinamakan Qasr al-Farid karena letaknya yang benar-benar terisolasi atau makam yang kesepian, terpisah dari makam-makam lain yang terletak di wilayah tersebut," lanjutnya. Pusara Tsamud yang perkasa di antara senyapnya sejarah dunia.
Hal ini tidak biasa, mengingat sebagian besar makam monumental di Madâin Sâlih ditemukan dibuat secara berkelompok, seperti makam Qasr al-Bint, makam Qasr al-Sani, dan makam daerah Jabal al-Mahjar.
Bagaimana pun, Qasr al-Farid telah merefleksikan kisah suatu peradaban yang besar yang tenggelam. Terletak di tengah gurun yang senyap dari pusaran sejarah dunia. Kisah di balik Qasr al-Farid adalah bukti dari kisah kesabaran nabi mereka dan keangkuhan umatnya.
Source | : | JSTOR |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR