Nationalgeographic.co.id—Dinasti Qin muncul pada periode Negara-Negara Berperang Tiongkok. Era ini berlangsung selama 250 tahun—475 SM sampai tahun 221 SM. Qin adalah dinasti yang berhasil menyatukan Kekaisaran Tiongkok.
Selama periode Negara-Negara Berperang, kerajaan-kerajaan negara berkonsolidasi menjadi wilayah yang lebih besar. Negara-negara feodal saling berebut kekuasaan pada era yang ditandai dengan kemajuan teknologi militer serta pendidikan. “Semua kemajuan itu terjadi berkat pengaruh para filsuf Konfusianisme,” tulis N.S. Gill di laman Thoughtco.
Dinasti Qin menjadi terkenal sebagai dinasti kekaisaran baru (221-206/207 SM) setelah menaklukkan kerajaan-kerajaan saingannya. Saat itu, kaisar pertamanya, raja absolut Qin Shi Huang (Shi Huangdi) menyatukan Tiongkok kuno menjadi sebuah kekaisaran. Dinasti Qin, juga dikenal sebagai Ch'in, kemungkinan besar merupakan asal mula nama Tiongkok.
Pemerintahan Dinasti Qin di Kekaisaran Tiongkok
Pemerintahan Dinasti Qin adalah Legalis, sebuah doktrin yang dikembangkan oleh Han Fei (meninggal 233 SM). Hal ini menjadikan kekuasaan negara dan kepentingan kaisar sebagai hal yang terpenting. Kebijakan ini menyebabkan beban keuangan, yang akhirnya menjadi penyebab jatuhnya Dinasti Qin di Kekaisaran Tiongkok.
Dinasti Qin digambarkan sebagai negara polisi dengan pemerintah memegang kekuasaan absolut. Senjata pribadi disita. Para bangsawan diangkut ke ibu kota.
Upaya Dinasti Qin menyatukan Kekaisaran Tiongkok
Qin Shi Huang bekerja cepat untuk menyatukan penduduk yang ditaklukkannya di wilayah luas. Wilayah tersebut merupakan rumah bagi beberapa budaya dan bahasa yang berbeda.
Salah satu hasil terpenting dari penaklukan Dinasti Qin adalah standarisasi aksara non-abjad di seluruh Kekaisaran Tiongkok. Aksara tersebut menggantikan aksara regional sebelumnya. Skrip ini disederhanakan untuk memungkinkan penulisan lebih cepat, berguna untuk pencatatan.
Aksara baru ini memungkinkan wilayah Kekaisaran Tiongkok yang tidak menggunakan bahasa yang sama untuk berkomunikasi bersama. Penciptaan aksara baru juga mengarah pada pendirian akademi kekaisaran untuk mengawasi semua teks. Sebagai bagian dari upaya akademis, teks-teks filosofis yang lebih tua disita dan dibatasi.
Dinasti Qin juga melakukan standarisasi bobot dan ukuran. Mereka membuat model perunggu untuk pengukuran dan mengirimkannya ke pemerintah daerah. Pemerintah daerah di wilayah Kekaisaran Tiongkok kemudian menerapkannya pada pedagang untuk menyederhanakan perdagangan di seluruh kekaisaran. Sehubungan dengan ini, koin perunggu diciptakan agar digunakan di seluruh wilayah.
Dengan kemajuan Dinasti Qin ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah Tiongkok kuno, berbagai negara yang bertikai di Tiongkok bersatu. Nama Tiongkok sebenarnya berasal dari kata Qin (yang ditulis sebagai Ch'in dalam teks-teks Barat sebelumnya).
Peninggalan Dinasti Qin bagi Kekaisaran Tiongkok
Selain kemajuan yang telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa peninggalan penting dari Dinasti Qin bagi Kekaisaran Tiongkok.
Pembangunan jalan memungkinkan adanya koneksi yang lebih besar antara provinsi dan kota-kota besar. Dinasti Qin juga menciptakan panjang gandar gerobak sehingga mereka semua dapat berkendara di jalan yang baru dibangun.
Dinasti Qin bertanggung jawab atas pembangunan Tembok Besar Tiongkok. Tembok Besar menandai batas-batas negara. “Selain itu juga berfungsi sebagai infrastruktur pertahanan untuk melindungi dari serangan suku-suku nomaden dari utara,” Gill menambahkan. Namun, dinasti-dinasti selanjutnya lebih ekspansionis dan dibangun melampaui tembok asli yang dibangun oleh Dinasti Qin.
Saat ini, Tembok Besar Tiongkok dengan mudah menjadi salah satu karya arsitektur paling ikonik di Tiongkok.
Prestasi arsitektur lain yang menarik wisatawan ke Tiongkok adalah makam besar di Xian masa kini yang dipenuhi prajurit terakota. Mausoleum ini juga merupakan bagian dari warisan Kaisar Qin Shihuang.
Ketika Qin Shihuang meninggal, dia dimakamkan di sebuah makam ditemani oleh ratusan ribu tentara terakota. Tentara itu dibuat dengan tujuan untuk melindungi sang kaisar di akhirat. Makam itu ditemukan oleh para petani yang sedang menggali sumur pada tahun 1974.
Salah satu dampak abadi Dinasti Qin lainnya adalah pengaruh kepribadian seorang pemimpin di Tiongkok. Qin Shihuang mengandalkan metode pemerintahannya yang bersifat dari atas ke bawah. Dan secara keseluruhan, masyarakat menyesuaikan diri dengan pemerintahannya karena kekuatan kepribadiannya.
Banyak rakyat Kekaisaran Tiongkok yang mengikuti Qin. Alasannya adalah karena sang kaisar menunjukkan kepada rakyat sesuatu yang lebih besar dari kerajaan lokal mereka. Qin Shi Huang memberikan sebuah gagasan visioner tentang negara-bangsa yang kohesif.
Meskipun ini adalah cara yang sangat efektif untuk memerintah, begitu pemimpinnya meninggal, dinastinya pun jatuh. Setelah kematian Qin Shihuang pada tahun 210 SM, putranya, dan kemudian cucunya, mengambil alih kekuasaan. Namun keduanya berumur pendek. Dinasti Qin berakhir pada tahun 206 SM, hanya 4 tahun setelah kematian Qin Shihuang.
Hampir segera setelah kematiannya, negara-negara bertikai yang sama yang ia satukan bermunculan kembali. Kekaisaran Tiongkok kembali berada di bawah banyak pemimpin hingga akhirnya bersatu di bawah Dinasti Han. Dinasti Han bertahan selama lebih dari 400 tahun, namun sebagian besar praktiknya dimulai pada Dinasti Qin.
Kesamaan dalam kepribadian kultus karismatik dapat dilihat pada para pemimpin berikutnya dalam sejarah Tiongkok, seperti Ketua Mao Zedong. Nyatanya, Mao justru menyamakan dirinya dengan Kaisar Qin.
Source | : | thought.co,History |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR