Theseus kembali ke Athena bersama kekasihnya, putri Amazon Hippolyta. Saat merayakannya, Theseus lupa mengganti layar kapalnya dari hitam—menandakan berkabung—menjadi putih.
Ayahnya, Aegeas, mengira putranya sudah mati. Dia melemparkan dirinya dari tebing ke laut, yang sejak itu dinamai menurut namanya, Laut Aegea.
Dikatakan bahwa Theseus sangat sedih atas kematian ayahnya, dan bersumpah tidak akan pernah kembali ke Kreta lagi.
Kemenangannya atas Minotaur adalah salah satu kisah paling terkenal tidak hanya dalam mitologi Yunani, tetapi juga dalam literatur klasik, karena secara simbolis kisah ini berfungsi sebagai kemenangan kebaikan atas kejahatan.
Keberanian Theseus terus dikenang hingga saat ini, tertanam dalam warisan mitologi yang diwariskan secara turun temurun.
Theseus digambarkan sebagai pahlawan pemberani yang rela mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan rakyatnya.
Kisah ini juga menyoroti pentingnya pengorbanan demi kebaikan yang lebih besar, karena Theseus menawarkan dirinya sebagai penghormatan kepada Minotaur untuk menyelamatkan orang lain agar tidak dikorbankan.
Mitos tersebut juga menekankan kekuatan cinta, saat Ariadne jatuh cinta pada Theseus dan membantunya mengalahkan monster tersebut.
Theseus dan Minotaur kaya akan simbolisme dan gambaran. Labirin melambangkan jalinan kehidupan yang rumit, dan Minotaur melambangkan aspek gelap dan biadab dari sifat manusia.
Benang yang diberikan Ariadne kepada Theseus mewakili kekuatan penuntun yang membantunya menavigasi Labirin dan muncul sebagai pemenang.
Mitos tersebut mencerminkan pemahaman orang Yunani kuno tentang keilahian, hukuman dan moralitas.
Minotaur, makhluk yang lahir dari ketidaktaatan kepada para dewa, melambangkan konsekuensi mengerikan dari ketidaksopanan dan kesombongan.
Kematiannya di tangan Theseus menandakan kemenangan keberanian dan kecerdasan manusia atas kekerasan dan teror.
Selain itu, temuan arkeologis khususnya kompleks istana di Knossos, yang diyakini sebagai istana Raja Minos, menunjukkan bahwa mitos tersebut mungkin dipengaruhi oleh budaya pemujaan banteng dan kehebatan arsitektur peradaban Minoa.
Kesimpulannya, kisah Minotaur dalam mitologi Yunani kuno meskipun merupakan narasi yang mencekam, berfungsi sebagai cerminan struktur budaya, agama dan moral Yunani kuno.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR