Menurut bukti terbaik di sejarah Mesir kuno, mereka menemukan pasta gigi sebelum sikat gigi dan pasta tersebut terbuat dari mint, garam batu, merica, dan bunga iris kering.
Sikat gigi yang mereka gunakan terbuat dari tongkat yang sudah usang. Kemudian berkembang menjadi tongkat berlekuk dengan bulu tumbuhan di ujungnya.
Menariknya, temuan arkeologi modern hanya menunjukkan sedikit bukti kerusakan gigi di kalangan masyarakat Mesir kuno.
Selain perawatan gigi, mandi dan mencuci juga merupakan praktik yang umum dan perlu dilakukan pada zaman Mesir kuno.
Mengingat iklim tempat mereka tinggal, kombinasi antara gurun kering dan iklim Nil yang lembab, orang Mesir menganggap mandi setiap hari sebagai hal yang penting untuk mendinginkan tubuh dari panas terik.
Pemandian biasanya dilakukan di Sungai Nil atau di kolam kecil. Air mula-mula ditampung dalam wadah besar lalu disiramkan ke tangan dan bagian tubuh lainnya.
Bahkan, mereka mungkin memiliki pancuran sendiri, berupa saringan atau keranjang yang digunakan untuk menyaring air saat mandi.
Rumah-rumah bangsawan memiliki pemandian, namun di kalangan masyarakat, hal ini jarang terjadi. Masyarakat Mesir kuno juga mencuci tangan sebelum makan, sebuah praktik yang dilakukan untuk alasan higienis dan juga alasan spiritual.
Dalam masyarakat Mesir kuno, kosmetik dan tata rias juga memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Terlepas dari kelas sosial atau gender, sebagian besar orang Mesir umumnya menggunakannya.
Meskipun orang kaya mampu membeli produk berkualitas tinggi, kosmetik tersedia untuk semua orang. Setelah mandi dengan merendam kaki, baskom, dan kendi, merupakan kebiasaan untuk mengoleskan krim dan riasan pada tubuh.
Pertama, krim yang mirip sunblock akan dioleskan pada kulit, sebelum kemudian dilanjutkan dengan mengaplikasikan berbagai macam riasan, ada yang untuk rias wajah, ada pula yang bersifat lebih higienis.
Kohl, sejenis riasan mata, cukup populer di Mesir baik di kalangan pria maupun wanita dan diproduksi dengan mencampurkan pigmen dasar galena, perunggu, dan bahan lainnya dengan minyak atau lemak.
Source | : | History Defined |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR