Sejak usia muda, Musashi menunjukkan bakat luar biasa dalam pertempuran. Duel pertamanya pada usia tiga belas tahun melawan Arima Kihei, samurai yang membanggakan kehebatannya di kota setempat.
Musashi menantang dan mengalahkannya menggunakan tongkat kayu, suatu prestasi yang mengisyaratkan pendekatan tempurnya yang tidak konvensional di masa depan.
Pendekatan Musashi dalam berduel unik dan sering kali tidak dapat diprediksi. Tidak seperti banyak samurai pada masanya, dia tidak secara ketat mengikuti gaya ilmu pedang yang sudah ada.
Sebaliknya, ia mengembangkan gayanya sendiri, yang dikenal sebagai Niten Ichi-ryū, atau 'Sekolah Dua Pedang', yang melibatkan penggunaan katana (pedang panjang) dan wakizashi (pedang pendek) secara bersamaan.
Inovasi ini memberinya keunggulan signifikan dibandingkan lawan-lawannya, yang sering kali hanya dilatih menggunakan satu pedang.
Pada usia 16 tahun, dia bertarung dan mengalahkan pejuang terampil, Tadashima Akiyama, di provinsi Hyogo.
Salah satu duel Musashi yang paling terkenal adalah melawan Sasaki Kojirō pada tahun 1612. Duel tersebut terjadi di pulau terpencil Funajima. Musashi dipandang menggunakan taktik psikologis untuk membuat lawannya bingung.
Musashi, yang saat itu berusia sekitar 30 tahun, bertarung menggunakan pedang kayu yang diukirnya dari dayung selama perjalanan perahunya menuju pulau.
Dalam pertemuan yang cepat, Musashi muncul sebagai pemenang. Hal ini tentu semakin memperkuat reputasinya sebagai pendekar pedang terhebat di Jepang.
Sepanjang hidupnya, Musashi terlibat dalam lebih dari 60 duel di sejarah Jepang. Tak terkalahkan, sebuah rekor yang memberikan kontribusi besar terhadap status legendarisnya.
Duelnya bukan sekadar tontonan kehebatan fisik, tapi juga merupakan kontes intelektual, di mana dia mengungguli lawan-lawannya dengan taktik dan strategi psikologis yang unggul.
Ia dikenal karena kemampuannya membaca niat lawannya dan memanfaatkan kelemahan mereka.
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR