Kemiripannya dengan kontes kecantikan masa kini tidak dapat disangkal. Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa di Euandria, para kontestan tidak hanya harus menunjukkan keindahan fisik tetapi juga kekuatan dan ukuran tubuh mereka.
Meski ketampanan menjadi kualitas utama yang dinilai, sebenarnya kecantikan lebih bersifat kompetisi atletik.
Sejarawan berpendapat bahwa Euandria lebih mirip dengan kontes binaraga modern, di mana para pesaing dinilai berdasarkan simetri, keseimbangan, dan definisi bentuk otot mereka. Artinya, pelatihan yang serius dan kebiasaan makan yang sehat sangat diharapkan oleh para peserta.
Kompetisi Panathenaea dan Theseia
Panathenaea adalah kontes Euandria yang paling terkenal, yang berlangsung di pusat kota Athena. Berasal dari paruh pertama abad keempat SM, kontes ini merupakan kompetisi untuk sepuluh suku Athena.
Hanya penduduk asli Athena yang diizinkan untuk berpartisipasi dalam kontes yang mencakup tarian Pyrrichios, tarian perang dengan senjata dan prosesi peserta membawa obor di mana para pemuda berkompetisi satu sama lain.
Remaja yang memenuhi syarat menghadiri prosesi melawan klan Athena. Prosesi ini dipimpin oleh para tetua, yang disebut “thallophores”, atau pembawa tunas zaitun muda.
Para peserta diarak di hadapan panitia, dan pemenangnya dianugerahi perisai atau lembu senilai seratus drachma.
Kompetisi Theseia Euandria disebutkan dalam berbagai prasasti dan juga diadakan di Athena. Sebuah acara atletik, dimulai pada abad kelima. Kontes terpisah diadakan untuk para elit, orang asing, dan penunggang kuda.
Ada juga kontes kecantikan untuk pria dewasa yang disebut kalisteia, berasal dari kata “kallos,” yang berarti “keindahan” dalam bahasa Yunani.
Kata kalisteia digunakan di Yunani saat ini untuk merujuk pada kontes kecantikan. Bahkan ada kontes kecantikan khusus untuk pria lanjut usia di Athena.
Kontes kecantikan semacam itu terjadi di seluruh Yunani kuno dan dikaitkan dengan aliran sesat. Para pemenang melakukan ritual untuk dewa.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR