Di Elis, misalnya, diadakan kontes kecantikan untuk menghormati dewi Athena. Pemenangnya menerima senjata sebagai hadiah, memimpin prosesi ke kuil, dan diberi mahkota murad.
Nilai Kekuatan Pria di Yunani Kuno
Tubuh laki-laki hampir dipuji dengan penuh semangat di Yunani kuno. Pahlawan mitos Achilles tidak hanya dihormati sebagai pejuang paling berani dan pemberani. Dia juga dipuji sebagai pria yang sangat tampan.
Dalam Iliad, Homer menggambarkan Nireus sebagai pria tertampan di Troy. Sebaliknya, penyakit ini berlanjut sepanjang hidup dan dapat ditemukan pada anak laki-laki, laki-laki, dan bahkan orang lanjut usia.
Dalam masyarakat Yunani kuno, kecantikan pria mempunyai pengaruh yang signifikan dalam seni persuasi dan membentuk opini publik.
Manipulasi kecantikan ini adalah praktik umum yang dilakukan oleh individu yang ingin mendapatkan dukungan atau mempengaruhi orang lain demi tujuan mereka.
Jenderal dan negarawan Alcibiades adalah contoh nyata betapa ketampanan bisa mempengaruhi seorang pria.
Selain hubungannya dengan ketertarikan fisik, ketampanan juga mencakup cita-cita keunggulan moral, kemuliaan, dan proporsi yang harmonis. Terintegrasi dalam budaya Yunani, pengaruhnya terhadap stratifikasi sosial, aliansi politik, dan praktik keagamaan. Konsep filosofis tentang keindahan dan tata kelola dikembangkan.
Jelas sekali, keindahan merasuki setiap aspek kehidupan di sejarah Yunani kuno, meninggalkan pengaruhnya pada ritual keagamaan, hierarki sosial, sistem politik, dan cita-cita filosofis.
Ada juga dimensi politik dalam gagasan tentang tubuh yang sehat dan bugar. Kesehatan dan keindahan menandakan keutuhan, kemurnian, dan kemuliaan.
Karena perang dan konflik sangat umum terjadi, sebagian besar warga laki-laki di sejarah Yunani kuno mungkin akan dipanggil untuk berperang pada suatu saat dalam hidup mereka.
Merawat tubuh mereka dianggap sebagai kewajiban sosial dan politik. Dengan demikian, memamerkannya berarti seseorang merasa bangga karena tetap bugar untuk bertarung.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR