Tentara kerajaan yang dikirim untuk menekan pemberontak, berhasil dikalahkan di Kent. Hal ini memicu semangat baru, meningkatkan level pemberontakan, dan kelompok pemberontak jumlahnya meningkat pesat. Perlahan tapi pasti, mereka bergerak menuju London.
Mereka merebut ibu kota Inggris pada tanggal 3 Juli 1450. Dalam pemberontakan itu, mereka berhasil menawan bendahara kerajaan yang dibenci, James Fiennes, Lord Saye dan Sele, yang kemudian dieksekusi oleh para pemberontak.
Rencana awal Cade, agitasi ini hanya bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan dan aristokrasi atas determinasinya yang mengecewakan petani. Ia berupaya untuk menjaga agar pemberontakan berada dalam treknya. Pemberontakan dalam disiplin.
Namun, ketika para petani merangsek memasuki London dan menguasai wilayah penting di sana, banyak pemberontak mulai menjarah kota tersebut. Motif penggulingan kekuasaan berubah menjadi penjarahan dan kegilaan yang sulit terkendali.
Pelanggaran hukum menyebabkan warga sipil di London melawan pemberontak yang notabene didominasi kaum tani. Warga sipil London yang mengalami sejumlah kerugian dan resah akibat penjarahan pemberontak, mendorong meletusnya pertempuran berdarah.
Warga London terasung akibat tindak semena-mena para petani dan berupaya mengusir anak buah Cade itu dari kota pada tanggal 6 Juli, setelah pertempuran hebat dan berdarah di Jembatan London.
Pertempuran itu berlangsung hingga pukul delapan keesokan paginya, ketika para pemberontak mundur dengan banyak korban jiwa. Diperkirakan setidaknya 40 warga London dan 200 pemberontak tewas dalam pertempuran tersebut.
Dalam upaya mengakhiri pemberontakan, pemerintah mengeluarkan pengampunan kerajaan untuk mengembalikan petani ke kampungnya tanpa menghukum mereka atas pemberontakan itu.
Pihak kerajaan berupaya mengakhiri pertempuran berdarah yang mengerikan di London dengan membujuk sebagian besar pemberontak untuk membubarkan diri dari chaos di pusat kota dan memastikan mereka meninggalkan London.
Setelah bubar, pihak berwajib mencari dalang dari kerusuhan yang terjadi, dalang di balik wayang tani yang memberontak dan membuat banyak kehancuran. Tapi Cade melarikan diri, meski pada akhirnya berhasil terlacak keberadaannya seminggu kemudian.
Saat ditemukan, ia dalam kondisi terluka parah akibat pertempuran dengan pasukan kerajaan yang mengetahui Cade sebagai akal dari pemberontakan, hingga Cade ditangkap. Dia dibawa ke London, tetapi meninggal karena luka-lukanya dalam perjalanan.
Kematiannya menandai berakhirnya pemberontakan. Meskipun pemberontakan tersebut gagal, pemberontakan ini berkontribusi pada runtuhnya otoritas dan prestise kerajaan yang memicu terjadinya Perang Mawar, yang pecah beberapa tahun kemudian.
Sejarah abad pertengahan juga mencatat Jack Cade's Rebellion atau pemberontakan petani yang dipimpin oleh Jack Cade, sebagai pemberontakan petani paling berdarah sepanjang sejarah abad pertengahan.
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR