Nationalgeographic.co.id—Pada 1912, seorang pedagang buku Polandia, Wilfrid Voynich, membeli sebuah manuskrip yang benar-benar aneh. Dikenal sebagai manuskrip Voynich, naskah ini tetap menjadi buku paling misterius di dunia selama lebih dari 600 tahun.
Terdiri dari sekitar 240 halaman, naskah dari awal abad ke-15 ini ditulis tangan dalam bahasa yang tidak dikenal. Ia juga menampilkan berbagai ilustrasi orang, tanaman fiktif, simbol astrologi, dan gambar-gambar fantastis lainnya.
Seorang wartawati Inggris, Erin Kelly, mengungkapkan bahwa sejak Wilfrid Voynich membeli buku ini pada tahun 1912, “buku ini telah diperiksa dan dipelajari oleh banyak ahli, termasuk ahli kriptografi dan pemecah kode militer.” Namun, “semuanya tidak berhasil memecahkan manuskrip tersebut.”
Pada tahun 1969, buku ini disumbangkan ke Universitas Yale, dan disimpan di Perpustakaan Buku dan Naskah Langka Beinecke.
Kemudian, pada tahun 2020, Yale mengunggah seluruh Naskah Voynich ke perpustakaan digital daringnya. Hal ini memungkinkannya untuk diakses secara penuh untuk pertama kalinya oleh siapa pun di planet ini.
Manuskrip Misterius Wilfrid Voynich
Wilfrid Voynich lahir dengan nama Michał Habdank-Wojnicz pada 12 November 1865 di kota Telšiai, yang kini menjadi bagian dari Lituania.
Dia membuka toko buku pertamanya di Soho Square, London, pada tahun 1898. Dengan cepat ia membuktikan bahwa dirinya sangat jeli atau sangat beruntung: menemukan buku-buku langka.
Pada tahun 1912, Ordo Yesuit dari Ghislieri College di Italia, melelang beberapa buku yang ada di perpustakaan. Di sinilah awal Voynich menemukan manuskrip misterius terebut.
Selama bertahun-tahun, Voynich mencoba untuk memecahkan misteri manuskrip tersebut dan melacak asal-usulnya. Sayangnya, dia meninggal sebelum sempat mempelajari lebih lanjut tentang manuskrip tersebut.
Manuskrip tersebut kemudian diwariskan kepada istrinya, Ethel Boole. Dia kemudian mewariskannya kepada seorang teman dekatnya, Anne Nill, setelah kematiannya pada tahun 1960.
Setahun kemudian, Nill menjual buku tersebut kepada seorang pedagang buku antik bernama Hans P. Kraus.
Namun, Kraus tidak pernah menemukan pembeli yang berminat. Pada tahun 1969, ia menyumbangkan buku tersebut ke Universitas Yale, di mana buku tersebut dikatalogkan sebagai "MS 408".
Para ahli dan pemecah kode ulung, dibuat kebingungan saat berusaha memecahkan karya aneh ini. Naskah Voynich terbukti sulit dipahami.
“Naskah ini merupakan manuskrip yang tebal, lebih menyerupai buku modern daripada gulungan abad pertengahan,” jelas Erin. “Beberapa halamannya terlipat menjadi diagram yang rumit.”
Naskah ini ditulis dalam bahasa yang sama sekali tidak dikenal. Menariknya lagi, terdapat berbagai ilustrasi simbol astrologi dan tanaman yang tampaknya fiktif, juga gambar orang telanjang yang sedang mandi dan makhluk-makhluk fantastis seperti naga.
Selama bertahun-tahun, banyak teori tentang Naskah Voynich yang bermunculan. Seorang ahli menyatakan bahwa naskah itu adalah buku panduan kesehatan wanita, sementara yang lain percaya bahwa Voynich sendiri yang membuatnya sebagai tipuan.
Teori yang lebih aneh mengatakan bahwa naskah ini bisa saja berasal dari planet lain–atau bahkan mungkin dari alam semesta lain.
Fisikawan Andreas Schinner menyebut buku itu sebagai "racun murni" bagi para sarjana karena, seperti yang dia katakan kepada Undark, "selalu ada pilihan yang mudah untuk melakukan kesalahan yang menggelikan."
Dalam penelitiannya, Schinner menyimpulkan bahwa teks tersebut dibuat sebagai tipuan Abad Pertengahan. Dengan kata lain, teks tersebut tidak ada artinya.
Namun, penelitian lain menemukan hal yang sebaliknya. Beberapa orang mengklaim bahwa teks tersebut ditulis dalam bahasa baru yang tidak dikenal dan yang lainnya berteori bahwa itu adalah versi aneh dari bahasa Latin, Ibrani, atau Turki.
Meskipun selalu buntu dalam memahami isi manuskrip tersebut, para peneliti telah menemukan informasi penting dalam beberapa tahun terakhir.
Apa yang Telah Dipelajari Para Peneliti Tentang Naskah Voynich
Teknologi modern akhirnya membuka jalan untuk menguraikan Naskah Voynich–meskipun belum ada yang bisa mengartikan apa yang tertulis di dalamnya.
Stefan Guzy dari University of the Arts Bremen, Jerman, melalui penelitiannya telah melacak kembali kepemilikan manuskrip Voynich.
Guzy memulainya dengan mengumpulkan semua transaksi melalui pembukuan dari Hofkammer–lembaga keuangan pusat di Kekaisaran Austria-Hongaria pada zaman dahulu–di Wina dan Praha. Di sini, semua surat masuk dan keluar didaftarkan.
"Jika ada transaksi yang melibatkan 600 koin emas, maka kemungkinan besar akuisisi ini adalah yang disebutkan dalam surat Marci," kata Guzy, sebagaimana dia sampaikan pada The Art Newspaper.
Surat Marci merujuk pada dokter kerajaan abad ke-17 Johannes Marcus Marci, yang menerima Naskah Voynich dari pemilik sebelumnya, alkemis Georg Baresch.
Marci berkorespondensi secara teratur dengan cendekiawan Yesuit Athanasius Kircher. Beberapa tahun setelah mendapatkan naskah tersebut, ia mengirimkannya kepada Kircher bersama dengan sebuah surat pengantar:
"Buku ini, yang diwariskan kepada saya oleh seorang teman dekat, saya peruntukkan bagi Anda, Athanasius yang saya sayangi, begitu buku ini berada di tangan saya, karena saya yakin buku ini tidak dapat dibaca oleh siapa pun kecuali oleh Anda sendiri."
Berkat surat ini, Guzy dapat melacak kepemilikan buku itu lebih jauh ke belakang. Dia menemukan bahwa buku itu pernah dimiliki oleh Kaisar Romawi Suci Rudolf II. Dia membelinya dari seorang penjual yang tidak disebutkan namanya seharga 600 dukat antara tahun 1576 dan 1612.
Namun, analisis menunjukkan bahwa manuskrip tersebut awalnya dibuat pada abad ke-15, sekitar 150 tahun sebelum Rudolf mendapatkannya.
Guzy kemudian mengetahui bahwa catatan dari tahun 1599 menunjukkan bahwa Rudolf membeli koleksi manuskrip dari dokter Carl Widemann seharga 600 florin–sejenis koin emas–yang mungkin saja adalah apa yang dimaksud Marci dalam suratnya.
Widemann tinggal di rumah ahli botani Leonard Rauwolf, dan ia mulai menjual buku-buku kepada kaisar setelah Rauwolf dan istrinya meninggal dunia.
"Saya berasumsi bahwa [Widemann] mungkin mewarisi beberapa buku darinya," kata Guzy.
Namun, jejaknya berakhir di sana. Tidak jelas bagaimana Rauwolf pertama kali memiliki buku itu. Buku ini tetap menjadi misteri.
Source | : | All Thats Interesting,The Art Newspaper |
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR