“Kisah-kisah Aja'ib tidak ditulis secara merata, ada yang ditulis untuk tujuan hiburan atau sastra, ada pula yang ditulis untuk membuktikan suatu hal dalam pemikiran keagamaan,” jelas Narendra.
Penulis seperti Evliya Celebi, misalnya, meskipun ia menulis cerita aja'ib seolah-olah ia percaya pada hantu, penyihir, dan tempat-tempat magis, Celebi sering mengakui bahwa ia hanya menceritakan sebuah dongeng untuk hiburan.
Banyak literatur aja'ib Ottoman yang ditulis sebagai hiburan, meskipun beberapa lainya ditulis seperti karya kosmologis–kisah-kisah ini diceritakan sebagai kejadian nyata yang bersandar dengan sumber-sumber dapat dipercaya dan diandalkan.
Pada abad ke-17 dan ke-18, berbagai kisah tentang roh-roh baik, khususnya, ditulis seolah-olah sebuah kebenaran dan tampaknya untuk dipercaya. Masa ini bertepatan dengan "pengagungan ulama dan syekh sufi".
“Para ulama dan mistikus Sufi semakin digambarkan sebagai sosok yang mampu melakukan perjalanan melalui alam spiritual,” jelas Narendra. “Kisah-kisah Aja'ib tentang orang-orang suci yang taat mengunjungi orang-orang yang masih hidup ditulis untuk menegaskan keyakinan ini lebih jauh.”
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR