Pasukan Parthia yang datang untuk melawan legiun Romawi berjumlah kecil. Faktanya, jumlah pasukan Romawi melebihi mereka hampir 5 banding 1.
Yakin bahwa kemungkinannya menguntungkannya, Crassus menyerang. Legiun Romawi yang memiliki lapis baja berat dapat menandingi infanteri mana pun di dunia.
“Parthia tidak mempunyai infanteri,” ungkap Redd. Sebaliknya, mereka bertarung menunggang kuda dengan busur.
Ketika pasukan Romawi maju, pasukan Parthia mundur, menghujani musuh mereka dengan panah. Anak-anak panah itu menembus perisai dan baju besi. Para legiun mulai berjatuhan saat anak-anak panah itu mengenai sasaran.
Crassus, berharap anak buahnya bisa bertahan sampai Parthia menembakkan semua anak panahnya. Ia memerintahkan legiun ke dalam formasi testudo.
Para legiun mengunci perisai mereka ke dalam cangkang yang tidak bisa ditembus, melindungi tubuh mereka dari busur Parthia. Saat itulah jenderal Parthia, Surena, mengeluarkan katafraknya. Katafrak adalah penunggang kuda lapis baja berat, mirip dengan kesatria abad pertengahan.
Surena memimpin mereka dalam serangkaian serangan dahsyat ke barisan Romawi. Serangan tersebut menghancurkan testudos, membuat pasukan Romawi terkena lebih banyak anak panah.
Putus asa, Crassus mengirim putranya, Publius, untuk menyerang para pemanah dengan kavalerinya. Parthia berpura-pura mundur, menarik kavaleri Romawi menjauh dari medan perang.
Kemudian, katafrak menyerang saat para pemanah kuda berputar, memotong jalan keluar mereka. Orang-orang yang selamat mundur ke bukit terdekat ketika Parthia membunuh mereka dengan panah.
Publius, alih-alih ditawan, memilih bunuh diri dan mati bersama anak buahnya. Meskipun Crassus tidak tahu bahwa putranya telah meninggal, dia curiga bahwa kavaleri mungkin berada dalam masalah.
Dia memerintahkan legiun untuk maju sekali lagi, hanya untuk dihadang oleh tentara Parthia yang membawa kepala putranya dengan tombak.
Pasukan Romawi berhasil bertahan di bawah tembakan panah dan serangan kavaleri sepanjang sisa hari itu. Dan saat malam tiba, Crassus memerintahkan anak buahnya meninggalkan yang terluka dan mundur ke Carrhae.
Source | : | History Collection |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR