Barbarossa segera menjadi terkenal di seluruh Kekaisaran Ottoman. Dia bahkan mengirim ribuan Janissari, atau budak prajurit non-Muslim yang biasanya adalah anak laki-laki yang dijadikan tahanan politik atau tawanan perang, untuk memimpin serangannya.
Barbarossa segera menjadi tangan kanan Sultan Utsmaniyah Suleyman, dan dipromosikan menjadi laksamana panglima armada Utsmaniyah setelah mendapatkan kembali kendali atas pelabuhan-pelabuhan Yunani yang direbut oleh laksamana Raja Spanyol Charles V, Andrea Doria.
Bajak laut dengan awal yang sederhana kemudian melakukan perjalanan melintasi Mediterania, menaklukkan dan membunuh saat dia pergi dan memimpin lebih dari 150 kapal.
Dia menghabiskan waktunya menjarah pelabuhan-pelabuhan Kristen di seluruh wilayah dan menjual penduduk lokal sebagai budak jika dia menyelamatkan nyawa mereka.
Dalam contoh tragis kekejamannya, Barbarossa menguasai pulau Aegina di Yunani pada tahun 1537 dan membunuh seluruh penduduk pria. Dia kemudian menjual 6.000 wanita dan anak-anak yang masih hidup sebagai budak.
Kehancuran di pulau itu begitu besar sehingga harus dihuni kembali oleh orang-orang dari wilayah lain Yunani dan Kekaisaran Ottoman.
Selama tahun terakhir hidupnya, Barbarossa menetap di Istanbul di mana dia menulis memoar hidupnya sendiri. Ia meninggal pada tanggal 4 Juli 1546 dan dimakamkan di mausoleum.
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR