Saat berada di sana, saudara-saudara mengumpulkan sekelompok bajak laut ganas dan berlayar melintasi Mediterania untuk mencari harta karun.
Para perompak terkenal suka menyerang kapal-kapal dari negeri-negeri Kristen, khususnya kapal-kapal Spanyol dan mampu mengumpulkan kekayaan dari pembajakan.
Mereka segera memerintahkan armada dua belas kapal yang mereka gunakan untuk menyerang benteng dan pangkalan Spanyol di Afrika Utara dengan bantuan pemimpin Ottoman di Aljazair.
Dalam salah satu serangan tersebut, Oruç kehilangan lengannya karena tembakan senapan. Oruç selalu mempunyai cita-cita untuk menjadi penguasa dan melihat peluangnya ketika pemimpin Ottoman di Aljazair meminta agar dia dan saudaranya mengusir beberapa pasukan Spanyol dari sebuah benteng pulau di luar Aljir.
Setelah menyingkirkan pasukan Spanyol, Oruç mengklaim kendali atas Aljir, dan sang penguasa dengan mudah ditenggelamkan di pemandian. Mantan bajak laut tersebut kemudian menjadi sultan di wilayah tersebut.
Cepat dan tegas, Oruç kemudian memutuskan untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan menguasai sejumlah kota di Aljazair, seperti Ténès dan Tlemcen.
Ekspansinya di Afrika Utara membuat khawatir Raja Charles dari Spanyol, yang sudah mengetahui keberadaan Barbarossa bersaudara karena pembajakan kapal Spanyol mereka beberapa tahun sebelumnya.
Pasukan Spanyol dikirim ke Tlemcen, di mana mereka menemukan Oruç bersembunyi di kandang. Pasukan kemudian memenggal kepalanya.
Saat saudaranya menjadi sultan, Barbarossa mampu naik pangkat dan menjadi pemimpin armada Ottoman.
Kemampuannya yang luar biasa dalam menaklukkan daratan, ditambah dengan kebrutalannya, menjadikannya sosok yang tangguh di Mediterania.
Spanyol, yang menguasai sebagian besar garis pantai Mediterania pada saat itu, selalu takut terhadap Barbarossa, yang mulai mengklaim sebagian besar wilayah mereka untuk Ottoman.
Sebuah sumber di Spanyol pada saat itu menulis bahwa, karena kekuatan Barbarossa, “Orang-orang Turki kehilangan rasa takut mereka terhadap bangsa kita, yang selama ini mereka anggap tak terkalahkan.”
Source | : | Greek Reporter |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR