Al-Farabi
Dalam catatan sejarah dunia, tempat kelahiran Abû Nasr al-Farabi banyak digambarkan berasal dari Turki atau Persia. Konsepsi tradisional mengenai dirinya adalah sebagai orang Turki.
Hal ini mengingat klise yang sudah lama ada bahwa filsafat Islam mempunyai tiga pemikir besar—satu orang Arab (al-Kindi), satu orang Turki (al-Farabi), dan satu lagi orang Persia (Ibnu). Sina).
Al-Farabi menghabiskan banyak waktu di Bagdad dan mengenal baik para cendekiawan Kristen Suriah, seperti halnya al-Kindi.
Pengenalan alat logika yang dikembangkan oleh Aristoteles menjadi sumber perdebatan utama di kalangan intelektual Islam abad ke-9 dan ke-10, setelah karya-karya tersebut tersedia dalam bahasa Arab.
Al-Farabi menggunakan logika sebagai alat untuk menganalisis produksi bentuk argumen di bidang penyelidikan intelektual lainnya (misalnya yurisprudensi dan teologi).
Dalam bukunya yang berjudul “The Short Treatise on Reasoning in the Way of the Ancients,” dia menawarkan penjelasan sistematis mengenai konsekuensi analisis logis terhadap argumen yang dibuat oleh para ahli hukum.
Artinya, ia menerapkan silogisme—ciri khas analisis logika Aristotelian—dan memperluasnya melampaui ranah logika itu sendiri.
Silogisme adalah pola penalaran yang terdiri dari minimal dua premis dan satu kesimpulan.
Al-Farabi berupaya mensintesis dan merekonsiliasi unsur-unsur karya Aristoteles yang tampaknya berbeda. Yang terpenting dari semua ini adalah cara al-Farabi mencoba menghubungkan logika, tata bahasa, dan bahasa satu sama lain.
Ia berpendapat bahwa logika mirip dengan tata bahasa, yaitu hubungan yang ada antara logika dan “yang dapat dipahami” sama atau setara dengan hubungan antara bahasa dan ekspresi suatu bahasa.
Source | : | britannica,The Collector |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
KOMENTAR