Dalam sebuah pertemuan besar, suku-suku tersebut mendeklarasikan perjuangan untuk kebebasan bersama. Dalam kesempatan itu pula, Vercingetorix Terpilih sebagai raja dan pemimpin tertinggi.
“Tidak pernah sebelumnya suku-suku Galia bersatu dengan cara seperti ini, tidak pernah sebelumnya kelangsungan hidup mereka begitu terancam secara kritis,” imbuh Colin.
Pada musim dingin, Caesar dan pasukannya berbaris untuk menghadapi pemberontakan. Mereka berusaha mengamankan pusat-pusat perbekalan yang penting.
Vercingetorix paham betul dengan kekuatan dan kelemahan pasukan Kekaisaran Romawi. Hal inilah yang ia jadikan dasar dalam merancang strategi.
Dengan mengandalkan pasukan kavalerinya, Vercingetorix melakukan kebijakan "bumi hangus". Dia meyakinkan kepada seluruh suku koalisinya untuk membawa perbekalan secukupnya, dan sisanya dihanguskan. Sementara para wanita dan anak-anak dibawa kehutan, seluruh pemukiman dibakar.
Hal ini membuat pasukan Romawi kewalahan dalam bertahan hidup. Mereka terpaksa mengembara untuk mencari persediaan di tanah yang kekurangan sumber daya. Dan inilah yang diharapkan Vercingetorix.
Ketika pasukan Romawi berpencar mencari persediaan logistik, Galia dengan keunggulan pasukan kavalerinya, menyerang dengan semangat. Dengan demikian, pertempuran besar pun terhindarkan.
Pertarungan semakin memuncak di Alesia. Baik Vercingetorix maupun Caesar akan mempertaruhkan segalanya di sini.
“Membiarkan diri mereka terperangkap di Alesia, Vercingetorix membuat kesalahan strategis yang sangat besar. Menguasai seni pengepungan, Caesar mengambil kesempatan untuk "mengurung" kepala suku Galia dan 80.000 anggota sukunya,” kata Colin.
Bangsa Romawi sekarang berusaha untuk membuat Galia yang dipimpin oleh Vercingetorix kelaparan dan takluk.
Pada tahap akhir pertempuran, pasukan bantuan Galia yang sangat besar, berusaha mengerumuni pertahanan luar. Sementara itu, pasukan Vercingetorix di dalam melakukan penyerangan untuk keluar.
Serangan yang dilakukan sepanjang siang-malam tentu membuat Romawi terdesak. Meskipun demikian pertahanan Romawi tidak jebol. Di sisi lain, pasukan Vercingetorix terus melemah.
Pertempuran akan terus berlanjut di tahun-tahun berikutnya, meskipun kekuatan Galia yang sebenarnya telah dipatahkan.
Dalam sebuah pertemuan suku-suku terakhir, Vercingetorix menawarkan nyawanya kepada rekan-rekannya sesama suku. Hal ini dimaksudkan sebagai penebusan atas kegagalannya.
“Ditahan di penangkaran hingga 46 SM, nasib raja pejuang Galia ini akan diarak dalam sebuah parade Kemenangan sebelum akhirnya dieksekusi,” jelas Colin.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR