Awalnya Julius Caesar memulai perang untuk mencegah migrasi besar-besaran suku Helvetti pada tahun 58 SM. Namun, Caesar kemudian menggunakan alasan tersebut sebagai pembenaran untuk memperluas perang demi ambisi pribadinya.
Dia bersekutu dengan sekutu-sekutu lokal seperti suku Aedui dan menggunakan mereka untuk membenarkan perang yang membawanya ke berbagai wilayah di Eropa barat laut.
“Ambisi pribadi adalah pendorong utama Caesar,” kata Colin. “Meskipun dia bukan komandan Romawi pertama yang bertindak seperti itu, tingkat ambisinya sangat besar.”
Motif Caesar sebenarnya tidak lebih dari mengejar kekuasaan, mengumpulkan kekayaan, serta karirnya dalam militer dan politik.
Demi mencapai semua itu, dia rela melakukan apa saja, termasuk Caesar bertempur melawan berbagai suku, termasuk suku Gallia, suku Belgia, suku Aquitani, suku Britania, dan berbagai suku Jermanik.
Namun, jauh di dalam jiwa prajurit Romawi terdapat fakta yang mengejutkan. Dalam kesempatan tertentu, orang Romawi takut pada Galia.
Sejarah menunjukkan bahwa suku-suku Gallia pernah menjadi ancaman serius bagi Roma, terutama pada masa ketika hampir berhasil menghancurkan Roma pada sekitar tahun 390 SM.
Pemberontakan
Tindakan-tindakan pasukan Romawi yang kian menekan, menyulut kemarahan suku Galia. Pemberontakan yang gagal oleh Ambiorix dan suku Eburon pada tahun 54/53 SM, ditindas secara brutal. Hal ini hanya memicu kebencian Galia yang lebih luas.
Dengan suasana yang semakin memanas, Vercingetorix sendiri diusir dari ibu kotanya, Gergovia, ketika ia berusaha mendorong anggota sukunya untuk memberontak.
Colin mengungkapkan, dengan menarik banyak prajurit, Vercingetorix mengumpulkan pasukan untuk merebut kembali ibukotanya. Setelah berhasil mengendalikan rakyatnya sendiri, seruan itu kemudian disebarkan ke suku-suku Galia lainnya.
“Berbagai suku seperti Senones, Parisii, Pictones, Cadurci, Turones, Aulerci, Lemovice, dan banyak kelompok lain yang berada di wilayah pesisir mulai bergabung. Hal Ini menandai awal dari pemberontakan berskala besar di seluruh wilayah Galia,” jelas Colin.
Penulis | : | Tri Wahyu Prasetyo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR