Nationalgeographic.co.id—Selama masyarakat saling berperang dan berperang satu sama lain, senjata menjadi salah satu penentu akhir pertarungan. Dalam dunia peperangan kuno, ada satu senjata yang muncul.
Senjata ini mewujudkan ketepatan dan efektivitas yang mematikan—plumbata. Di Kekaisaran Romawi, plumbata digunakan oleh pasukan penembak jitu yang terampil.
Dalam sejarah Romawi, anak panah proyektil ini mengubah dinamika pertempuran melawan musuh-musuhnya.
Plumbata adalah senjata dengan sejarah yang menarik. “Desain, taktik, penempatan, dan pengaruh plumbata terhadap strategi militer pada masa itu menjadikannya unik,” tulis Justin Brown di laman History Defined.
Selama bertahun-tahun, plumbata menjadi contoh efisiensi mematikan tentara di Kekaisaran Romawi. Senjata ini berevolusi dari panah besi sederhana menjadi proyektil tangguh yang mengganggu formasi musuh. Harus diakui, plumbata juga mempunyai dampak jangka panjang di medan perang.
Jadi bagaimana senjata ini muncul dan apa yang dapat disampaikan oleh arkeologi modern tentang sejarahnya yang menakjubkan?
Asal-usul anak panah khas Romawi
Asal muasal plumbata dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno. Pengguna pertama yang diketahui adalah orang Yunani Kuno sekitar 500 SM.
Namun, tentara Kekaisaran Romawi-lah yang diketahui menggunakan anak panah mematikan ini. Pengetahuan kita tentang senjata-senjata ini terutama berasal dari dokumen sejarah yang disusun berabad-abad kemudian.
Temuan arkeologis mengungkapkan bahwa plumbata adalah anak panah dengan kepala besi yang dibebani timah. Hal ini sejalan dengan uraian yang diberikan Vegetius, seorang penulis Romawi kuno.
Salah satu sumber paling awal dan informatif adalah dokumen dari sekitar tahun 390-450 M. Meskipun hanya salinan manuskrip asli yang tersisa saat ini, salinan tersebut menegaskan keberadaan plumbata dan memberikan gambaran seperti apa rupanya.
Ilustrasi tersebut memperlihatkan sebuah batang pendek seperti anak panah dengan beban yang melekat padanya. Ilustrasi tersebut menggambarkan desain yang jelas dan ringkas.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR