Bukti-bukti menunjukkan adanya “ritual memasuki api,” atau och-i k’ak’ t-u-muk-il dalam bahasa Maya klasik. Ritual memasuki api tidak jarang terjadi di dunia Maya, kata Halperin, dan tampaknya berasal dari ritual penggunaan api dan asap.
“Bayangkan saja seperti membakar dupa,” katanya. “Pembakaran adalah cara untuk bertransformasi dan menjangkau alam supernatural, jadi ini seperti proses pembersihan.”
Beberapa ritual memasuki api merupakan cara untuk menghormati orang mati. Selain itu, mungkin untuk memperkuat aturan baru dengan menghubungkannya dengan pemerintahan para penguasa yang dikuburkan. Namun ritual di K’anwitznal tampaknya merupakan tindakan penodaan untuk tidak menghormati penguasa lama dan menekankan perubahan ke rezim baru.
Bukti dari pecahan tulang manusia yang masih ada menunjukkan sebagian api lebih panas dari 800 derajat Celcius. Hal ini menunjukkan bahwa pembakaran tersebut pasti sangat besar dan sangat umum. Ada juga bukti kremasi publik di situs Maya lainnya pada masa ini. “Jadi tindakan seperti itu “bukanlah hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya,” tambah Halperin.
Sisa-sisa jasad tersebut kemudian dibuang sebagai bahan konstruksi. Pembuangan tersebut jadi sebuah tanda bahwa upacara dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa rezim lama telah tiada dan rezim baru telah tiba. “Sebuah contoh langka dari pergantian rezim politik yang terlihat dalam catatan arkeologi,” ujar Halperin.
Penguasa yang bijak atau lalim?
Meskipun terjadi pergantian rezim yang dramatis, tampaknya Papmalil adalah penguasa yang ramah di tengah kekacauan dunia Maya. Banyak bangunan umum direnovasi di masa pemerintahannya. Proyek konstruksi baru dilakukan di K’anwitznal saat ia berkuasa. Termasuk rumah baru, sistem kanal, dan lapangan bola baru yang besar.
Papmalil juga memerintah bukan sebagai raja Maya, melainkan sebagai ochk’in kaloomte’, gelar pemimpin militer atau bangsawan tinggi. Ia membangun aliansi baru di tengah perubahan politik di dataran rendah Maya bagian selatan.
Penggambaran Papmalil menunjukkan dia bertukar persembahan dengan penguasa lain sambil duduk atau berdiri di samping mereka. Dan bukannya menjulang di atas mereka.
“Ini adalah perubahan besar, karena kita melihat gambaran penguasa Maya yang bertengger di satu sisi. Dan skalanya jauh lebih besar dibandingkan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka,” kata Halperin. Namun Papmalil tampaknya memperlakukan penguasa lain secara setara. “Ada sejumlah gambar dirinya yang memiliki ukuran dan skala yang sama. Dan jenis gambaran ini dimulai pada abad kesembilan dan terus berlanjut,” catatnya.
Antropolog Brown University Stephen Houston, mengatakan deposit misterius tersebut jelas terkait dengan royalti.
“Penelitian ini memberikan contoh bagaimana kita harus menafsirkan sisa-sisa yang tidak biasa,” katanya. Para peneliti menghubungkan deposit tersebut dengan praktik “memasuki api” yang dijelaskan oleh suku Maya. Juga kebangkitan orang yang diagungkan—Papmalil—dalam catatan sejarah.
Arkeolog Universitas Texas di Austin, Thomas Garrison, menambahkan bahwa penemuan deposit di Ucanal sungguh luar biasa.
“Untuk dapat mengenali hal seperti ini dalam kompleksitas timbunan bangunan itu merupakan sebuah pencapaian teknis tersendiri,” katanya. “Dan menurut saya argumen yang menghubungkan hal ini dengan peralihan kekuasaan sangat masuk akal.”
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR