Revitalisasi berikutnya berkenaan dengan reprogramming atau menyajikan program-program baru bersama komunitas yang memiliki kemasan lebih segar bagi pengunjung masa kini.
Baca Juga: Perjanjian Giyanti dan Terbelahnya Mataram dalam Sejarah VOC
Museum-museum di bawah naungan Indonesian Heritage Agency juga akan menekankan pada penguatan kelembagaan termasuk pengembangan sumber daya manusia dalam reinvigorating atau menyegarkan kembali. Menurutnya, tanpa pengembangan sumber daya manusia, program-program itu tidak akan berjalan dengan baik.
Pertanyaan berikutnya, mengapa Museum Benteng Vredeburg menjadi prioritas dalam program revitalisasi ini? Valentina memberi penjelasan, "Vredeburg terpilih menjadi salah satu prioritas utama unit museum dan cagar budaya karena Vredeburg memiliki sejarah yang luar biasa dalam jejak rekam sejarah kebudayaan di Indonesia."
Salah satu aspek mengapa museum ini mendapatkan prioritas utama dalam revitalisasi adalah keberhasilan pencapaian target 512 ribu pengunjung selama 2023, yang merupakan pencapaian tertinggi sejak museum ini diresmikan. Rosyid menambahkan, "Apresiasi masyarakat terhadap Museum Benteng Vredeburg tergolong sangat baik."
Menurut Rosyid, aspek lainnya yang menjadi perhatian Indonesian Heritage Agency kepada museum ini adalah "Museum Benteng Vredeburg menempati bangunan cagar budaya berupa benteng kolonial Belanda yang merupakan bangunan paling tua [yang dibangun] kolonial Belanda yang ada di Yogyakarta—yang masih terlestarikan dan termanfaatkan."
Namun, perkara yang tak kalah penting adalah pengakuan UNESCO atas Sumbu Filosofi Kota Yogyakarta sebagai Warisan Budaya Dunia. "The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks," demikian tajuk dalam daftar warisan dunia, yang memiliki makna universal. Sumbu filosofis itu menghubungkan Gunung Merapi dan Laut Selatan melalui garis lurus imajiner yang melintasi Tugu Pal Putih, Keraton, dan Panggung Krapyak. Fort Vredeburg berada di tepian Sumbu Filosofi itu.
Sejauh mana revitalisasi ini memperhatikan aspek pelestarian, baik bangunan maupun tata ruang benteng?
"Pelestarian merupakan sebuah proses panjang terkait dengan pelaksanaan program ini," jawab Rosyid. Konsep revitalisasi ini telah didiskusikan dan dipetakan dengan para pemangku kepentingan utama yang terkait dengan bangunan cagar budaya—ahli arkeologi, Dinas Kebudayaan, Dinas Pekerjaan Umum. Pekerjaan revitalisasi museum ini telah mempertimbangkan aspek-aspek pelestarian tersebut. Saat pelaksanaan revitalisasi pun harus didampingi tenaga ahli.
Gagasan Menghidupkan Kembali Tengara Kota
"Imajinasi baru, perwajahan baru Museum Benteng Vredeburg," kata Rosyid membuka salindia pemaparannya dalam taklimat media yang digelar dalam kompleks benteng. Pemaparan itu melatarbelakangi gagasan dan upaya revitalisasi yang saat ini masih bergulir.
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR