"Apa yang kita lakukan basic-nya adalah masukan, kritik, dan saran dari para stakeholder kita—komunitas, kedinasan, dan pers." Berdasar masukan itu setidaknya terdapat tiga kata dalam prioritas museum ini, "Pertama, hijau. Kedua, sejarah. Ketiga, komunitas."
Kata "hijau" merujuk pada aspek pengelolaan taman dan lingkungan—termasuk sampah—di dalam kawasan benteng. Kata "sejarah" merujuk pada benteng dan monumen yang menjadi penanda salah satu situs sejarah kota dan sejarah nasional dalam narasi peristiwa yang telah diperingati sebagai Hari Penegakan Kedaulatan. Kata "komunitas" merujuk pada dinamika museum bersama komunitas sejarah dan budaya.
Baca Juga: Inilah Lukisan Awal Keraton Ngayogyakarta Karya Seniman VOC
Revitalisasi yang tengah bergulir itu akan memunculkan perwajahan baru dalam sarana dan prasarana museum, ruang diorama, gerai suvenir museum, ruang pertemuan naratama, ruang anak, kawasan yang ramah difabel dan lansia, serta ramah lingkungan. Namun, tujuan revitalisasi itu tidak sekadar menarik pengunjung untuk mengeksplorasi sisi dalamnya, tetapi juga sisi luar benteng.
Kota Yogyakarta memiliki segelintir wisata malam—Alun-alun Utara dan Selatan, Tugu Pal Putih, dan Titik Nol Kilometer Kota Yogyakarta. Program wisata malam yang digagas Rosyid bersambut dengan program pemerintah kota yang menjadikan Maliboro sebagai kawasan pedestrian. Entah kebetulan atau memang sudah ditakdirkan, tempat-tempat itu berada di Sumbu Filosofis Kota Yogyakarta.
Museum ini memiliki cita-cita untuk menggelar acara bertajuk Wisata Malam Vredeburg dengan menggunakan perpaduan seni dan teknologi, yang kelak memulai pentas perdananya pada Juni 2024.
Demi mendukung cita-cita itu museum akan menempatkan kafe, pertunjukan air mancur menari di sepanjang sisa parit benteng, dan video mapping yang menggunakan tembok benteng sebagai media. Selain itu anjungan di bastion barat daya yang didesain untuk pengunjung yang ingin menyaksikan bentang keindahan gemerlap dan gelumat Titik Nol Kilometer Kota.
Pusat keramaian itu berlatar arsitektur gedung-gedung bersejarah: NILLMIJ dan Kantor Pos Besar yang bercorak Art-Deco, serta Javasche Bank yang bercorak Neoklasik.
Gelegar visual dalam video mapping yang bernuansa pendidikan dan hiburan akan menjadi pusat perhatian para pejalan di Titik Nol Kilometer.
Kita memang tidak banyak berharap bahwa pemirsa tayangan itu akan mendapatkan pengetahuan utuh tentang histori kota, namun setidaknya tayangan video mapping mampu memberikan pengalaman yang memikat. Kelak, pengalaman itu bersemayam dalam memori mereka yang menjadi sebuah media untuk pewarisan betapa pentingnya keberadaan museum bagi kehidupan manusia.
"Kami melihat potensi keberadaan benteng memang sangat strategis sekali, berada di kawasan Nol Kilometer Yogya," kata Rosyid. "Dan, nol kilometer yogya itu dapat dikatakan kawasan yang tanpa ada tidurnya." Revitalisasi ini juga merancang Museum Benteng Vredeburg menjadi tengara atau penanda kota, yang selama ini kerap terlewat sebagai spot terbaik untuk berfoto bagi para pelancong.
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR