Dia juga mencontohkan, "Yang saya rasakan, setiap [tanaman] warna merah itu pasti berhubungan dengan inflamasi. Jadi inflamasi itu adalah menahan pendarahan. Luar biasa!"
Untuk menambah keahliannya, Mamah Oday telah menempuh beragam pendidikan pelatihan. Mulai dari pelatihan mengenai tanaman obat profesional, tanaman obat kelas pengobatan, diagnosis penyakit dengan cara kedokteran kelas pengobatan herbal, dan meramu jamu sesuai diagnosis kedokteran.
Yang saat ini membuat Mamah Oday sedih, ada beberapa tanaman obat yang mulai jarang ditemui atau diketahui oleh orang-orang. Oleh sebab itulah dia dan keluarganya secara tekun juga berikhtiar melestarikan ratusan tanaman obat dan menyebarluaskan pengetahuan mengenai tanaman obat itu kepada masyarakat.
Yayasan KEHATI, yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian tanaman obat dan potensi bioprospeksinya, turut mendukung dan mendanai kegiatan penyebarluasan ilmu tanaman obat ini. Bekerja sama dengan KTO Sari Alam, Yayasan KEHATI mengadakan berbagai pelatihan yang diisi Mamah Oday kepada masyarakat sekitar serta menerbitkan buku yang berisi kehidupan Mamah Oday dan ilmu tanaman obat yang ia miliki.
Sebagai contoh, Mamah Oday menjelaskan bahwa tanaman jeringau adalah obat sedatif untuk penyakit kanker. Menurutnya, dalam acara tertentu dalam kebudayaan Sunda, tanaman jeringau kerap digunakan. Ternyata kearifan lokal Sunda telah menyimpan wawasan bahwa "minyak atsirinya [jeringau] buat penenang."
"Jadi saya bersyukur alhamdulillah... masih diberi kesempatan untuk Allah menitipkan napas kepada saya. Makanya bentuk terima kasih Mamah ingin menyebarkan [ilmu tanaman obat ini].
Mamah Oday menegaskan, "Saya punya utang sama semesta. Punya utang bahwa kamu harus menyampaikan [kearifan lokal tanaman obat itu] lho, utang itu yang harus saya bayar sampai saya mati."
Sustainability: Inovasi Penanganan Limbah Plastik Indonesia dengan Teknologi Radiasi
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR