Setelah berikhtiar menjalani pengobatan dengan memanfaatkan tanaman obat selama enam tahun, Mamah Oday akhirnya bisa sembuh dari kanker serviks. Dan hingga saat ini dia terus menjadi pegiat dan pelestari tanaman obat.
"Sebetulnya bukan memutuskan dengan sadar ya [untuk jadi pelestari tanaman obat]. Bohong kalau memutuskan dengan sadar. Karena terpaksa. Terpaksa sudah tidak ada obat, jadi begitu," tuturnya.
"Karena sudah tidak ada lagi di metode [konvensional] itu obatnya, jadi [sambil] menunggu kematian, dengan terpaksa jadi saya beralih mencari tanaman obat," ujarnya lagi.
Beberapa tanaman obat yang dia gunakan untuk mengobati kanker serviks itu adalah temu putih, bawang sabrang, temu mangga, hingga ciplukan.
Menurutnya, perjumpaannya dengan tanaman obat seolah sudah ditakdirkan oleh semesta. "Bukan saya mau berhenti dari metode [konvensional] itu. Karena mungkin semesta sudah mentakdirkan saya. Karena tubuh saya sudah tidak bisa menerima obat [kimia]."
Jatuh Bangun Menjalani Pengobatan dengan Tanaman Obat
Periode selama enam tahun menjalani pengobatan kanker serviks dengan menggunakan tanaman obat bukanlah waktu yang sebentar bagi Mamah Oday. Bahkan kondisi tubuhnya juga sempat naik-turun selama menjalani pengobatan dengan tanaman obat tersebut.
"Tidak mudah, tapi ada harapan," ujarnya. "Setiap hari, misalnya kita blooding (mengalami pendarahan di area vagina), setiap hari jatuh lagi kalau stres, makanya saya belajar. Dicatat itu semua."
Dengan tekun, Mamah Oday selalu mencatat proses pengobatan yang dia jalani dengan tanaman obat. Jenis-jenis tanaman obat yang dia pakai beserta efeknya. Metode penggunaannya. Serta faktor-faktor lainnya yang bisa memengaruhi proses pengobatan, seperti misalnya stres yang berdampak pada kondisi psikologi.
"Proses pengobatan itu dicata sampai saya tahu banget kalau misalnya tanaman obat diblender sama diremas-remas, itu khasiatnya sangat beda. Saya tahu sampai segitunya," ujarnya bersemangat.
Warisan kearifan lokal dari orang-orang tua terdahulu juga membantunya menemukan tanaman-tanaman obat yang tepat. "Makanya saya menghargai banget, kearifan lokal itu luar biasa cerdasnya lebih dari profesor," katanya.
Sustainability: Inovasi Penanganan Limbah Plastik Indonesia dengan Teknologi Radiasi
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR