Nationalgeographic.co.id - Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai provinsi yang menjadi destinasi wisata, tengah menghadapi permasalahan sampah. Pasalnya, Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan tidak mampu lagi menampung sampah. TPST tersebut sudah kelebihan muatan sejak 2012.
Permasalahan sampah semakin diperparah sejak TPST Piyungan tutup pada 5 Maret 2024. Mendekati masa penutupan TPST, pelbagai pengangkutan sampah tersendat.
Kondisi ini memaksa masyarakat tidak punya tempat lagi untuk membuang sampah. Imbasnya, sampah terbengkalai di pinggir jalan, termasuk di dekat stasiun kereta api--pintu utama kedatangan wisatawan di Yogyakarta.
Asap beracun pun membumbung dari titik-titik api bakaran sampah, demi menghilangkan sampah di lingkungan terdekat. Asap ini pun memicu polusi di Yogyakarta yang terkenal memiliki banyak tempat wisata alam.
Sejak Oktober 2023, Pemerintah DIY sendiri telah menerbitkan peraturan lewat Surat Gubernur No. 658/11898. Pemerintah provinsi melempar tanggung jawab penyelesaiannya kepada masyarakat bersama pemerintah setempat tingkat kabupaten dan kota di wilayah DIY.
Sebagai upaya dari masyarakat, Get Plastic Indonesia mencoba melakukan pendauran ulang sampah jadi bahan bakar minyak. Solusi ini ditawarkan yayasan pengolahan sampah plastik dalam kolaborasinya bersama Bank Sampah Go-Green yang berkantor di Cupuwatu II, Purwomartani, Kalasan, Sleman.
"Solusi pengolahan sampah plastik menjadi BBM ini sejalan dengan peraturan daerah DIY nomor 3 tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga yang menegaskan bahwa TPST dan TPA harus dibangun menggunakan teknologi ramah lingkungan," ungkap Dimas Bagus Wijanarko, pendiri Yayasan Get Plastic Indonesia.
Dalam kolaborasi tersebut, Get Plastic Indonesia bersama Bank Sampah Go-Green membuka lokasi pengubahan materi dari plastik menjadi bahan bakar. Lokasinya pun berada di tempat Bank Sampah Go-Green, dan diresmikan pada 3 Juni 2024.
"Hal ini merupakan bentuk dukungan kami dari Yayasan Get Plastic dalam ikut menjaga Yogyakarta tetap menjadi tujuan wisata yang nyaman bagi wisatawan domestik maupun luar negeri," lanjut Dimas.
Bahan bakar yang dihasilkan dalam pendauran ulang oleh Get Plastic Indonesia dan Bank Sampah Go-Green ini akan digunakan menjadi bahan bakar Bus Trans Jogja. Sementara ini, upaya pemanfaatan bahan bakar dari sampah plastik ini masih dalam tahap penjajakan dengan Pemerintah Provinsi DIY.
Mengingat mandat pengolahan sampah plastik tidak lagi dikelola pemerintah provinsi, gerakan pendauran ulang ini membutuhkan peran masyarakat.
Baca Juga: SayaPilihBumi Gelar Aksi Pungut Sampah di Pantai Bali dan Mengubahnya Jadi Produk Berguna
Dimas berharap, masyarakat bisa ambil peran dengan pemilahan sampah dari rumah tangga, pelaku usaha makanan dan minuman, sekolah, terlibat dalam bank sampah, dan kegiatan pembersihan lingkungan. Kebiasaan pendauran ulang dan pemilahan sampah ini harus menjadi kebiasaan baru.
Ke depan, dengan berjalannya program pengelolaan sampah plastik ini, diharapkan wilayah Yogyakarta dapat terlepas dari status darurat sampah dan masyarakat sekitar maupun wisatawan dapat nyaman beraktivitas dengan lingkungan yang lebih bersih. Lebih jauh diharapkan masyarakat juga nantinya dapat terlibat dalam upaya pengolahan sampah menjadi energi berkelanjutan.
Sampah Menumpuk Yogyakarta, Get Plastic Indonesia Daur Ulang Plastiknya Jadi BBM
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Ade S |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR