Nationalgeographic.co.id—Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Pushidrosal TNI AL, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar konferensi pers mengenai "Ekspedisi Laut Indonesia Bersama Indonesia-OceanX" di Nusa Dua, Bali, bulan lalu.
Kolaborasi ekspedisi antara periset Indonesia dengan OceanX, organisasi nirlaba asal New York, Amerika Serikat, ini bertujuan untuk mengeksplorasi keanekaragaman hayati laut Indonesia yang belum terekspos. Ekspedisi telah dimulai sejak Rabu (8 Mei 2024) di Batam, Kepulauan Riau, dengan melewati beberapa kota di Indonesia hingga akan berakhir pada Minggu (25 Agustus 2024) di Bitung, Sulawesi Utara.
Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, baru 19 persen lautan Indonesia yang terpetakan. “Masih banyak potensi bawah laut kita yang perlu digali terutama bagian laut dalam. Keanekaragaman hayati pada laut kita juga masih banyak yang belum diketahui jenis dan manfaatnya," ungkap Luhut.
Dengan adanya keterlibatan antara OceanX, periset asing, dan periset Indonesia, Luhut menginginkan Indonesia mengenal wilayah lautnya lebih baik lagi.
“Kunci pertama untuk mengerti dan melindungi lautan adalah menjelajah laut kita sendiri. Tujuan OceanX sama seperti Indonesia, yaitu mengeksplorasi lautan dan memberikan manfaat bagi rakyat,” jelas Luhut.
Lebih lanjut Luhut mengatakan, Indonesia memiliki titik-titik yang menjadi perhatian dan belum pernah dikunjungi sebelumnya. Saat ini, tim ekspedisi telah mencapai kedalaman sekitar 7.180 meter.
“Beberapa sampel pada kedalaman tersebut sudah kita ambil. Nanti kita akan mengetahui bagaimana kondisi laut kita,” imbuhnya.
Menurut Luhut, kolaborasi dan kerja sama semua kementerian, lembaga, dan pihak terkait di Indonesia adalah kunci utama dalam mencapai kesuksesan. Kegiatan eksplorasi ini juga melibatkan perguruan tinggi agar mereka bisa belajar dan mendapat pengetahuan langsung dari ahlinya.
Luhut menyatakan sangat mendukung pengadaan kapal riset. "Kapal riset tidak harus mewah, yang paling penting adalah dilengkapi peralatan canggih. Kapal riset yang akan dibuat harus memiliki teknologi paling mutakhir, sehingga anak-anak muda Indonesia bisa belajar dari sana layaknya universitas terapung," paparnya.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito mengungkapkan, untuk melakukan eksplorasi laut dibutuhkan strategi matang.
Baca Juga: Dunia Hewan: Mengapa Ada Begitu Banyak Makhluk Raksasa di Laut Dalam?
“Proses kerja sama antara OceanX, periset, dan lembaga, serta kementerian yang ada di Indonesia sudah berjalan sejak awal 2023. Dibutuhkan perencanaan serta koordinasi antarinstansi yang matang dalam menentukan jalur dan waktu eksplorasi,” kata Mego.
“OceanX merupakan kapal riset berbendera asing, diperlukan koordinasi dengan Kementerian Pertahanan dan Pushidrosal TNI-AL,” tambahnya.
Perencanaan jalur dan titik eksplorasi, terang Mego, juga memiliki tujuan berbeda-beda. Misalnya, untuk melihat patahan megathrust akibat gempa di Aceh 20 tahun lalu dilakukan di barat Pulau Sumatra.
“Setelah sampai di titik yang lain, maka akan dilakukan pengamatan yang berbeda. Misalnya, pemantauan atmosfer atau biota laut,” kata Mego.
Mego menyebut, kegiatan eksplorasi bersama OceanX juga melibatkan periset yang ada di darat.
“Tidak semua kegiatan eksplorasi dilakukan dari atas kapal riset. Kita juga melibatkan periset yang berada di darat,” terangnya.
“Sebagai contoh, periset yang ingin fokus meneliti kandungan mineral dari sampel laut dalam bisa berkoordinasi dengan periset yang ada di kapal riset untuk kebutuhan sampel,” beber dia.
Periset bidang Bioteknologi Kelautan Pusat Riset Oseanografi BRIN Ariani Hatmanti saat ini turut bergabung dengan sejumlah peneliti di Kapal Riset OceanX. Melalui sambungan online, dia menjelaskan kegiatan riset yang sedang dilakukannya.
“Saat ini, kami berkolaborasi dengan peneliti asing yang berada di OceanX untuk mengungkap biodiversitas, serta memetakan potensi dari mikroba dan biota-biota yang ada,” pungkasnya.
Source | : | Brin.go.id |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR