Nationalgeographic.co.id—Literatur kolonial menyebut asal-usul toponimi Indonesia telah mencuat sejak tahun 1850. Semua itu bermula dari seorang etnolog Inggris bernama George Samuel Windsor Earl, yang menyebut kata mirip 'Indonesia' dalam tulisannya di majalah JIAEA.
Majalah JIAEA atau Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, yang berarti 'Jurnal Kepulauan Hindia dan Asia Timur,' terbit pertama kali di Singapura pada tahun 1947.
Dalam JIAEA volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel "On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Dalam artikel itu, Earl menyebut bahwa sebutan bangsa Hindia atau India dianggap kurang tepat.
Earl kemudian mengajukan saran dua nama untuk membelah masyarakat Melayu dan Hindia dengan sebutan khusus. Dari bahasa Yunani, nesos yang berarti pulau, merujuk untuk menyebut bangsa-bangsa di Hindia dan Melayu.
Pada halaman 71 dalam artikelnya itu, Earl menyebut: bangsa Hindia akan mengenakan nama 'Indunesia' dan bangsa Melayu akan mengenakan nama 'Melayunesia.'
Secara berangsur-angsur juga, James Richard Logan yang berkebangsaan Inggris dalam artikelnya berjudul "The Ethnology of the Indian Archipelago", memungut istilah Earl, Indunesia, menjadi Indonesia. Di mana huruf 'u' diubah menjadi 'o'.
Menariknya, bahwa toponimi Indonesia sudah terbentuk lama jauh sebelum kemerdekaan kita. Dan bukan lagi dibuat oleh bangsa sendiri atau bangsa penjajah, melainkan peneliti asing dari Inggris yang berkantor di Singapura.
Namun, siapakah pribumi yang pertama kali memelopori nama Indonesia hingga menggaung sampai hari ini? Jawaban itu bermuara pada permulaan abad ke-20.
Ronald Frisart menulis kepada Historiek dalam artikel berjudul "Naam ‘Indonesia’ was een Brits bedenksel" yang diterbitkan pada 27 November 2023. Ia mengisahkan tentang seorang pemuda pribumi bergelar 'ningrat' Jawa yang terasing.
Ya, dialah Soewardi. Soewardi Soerjaningrat. Bangsawan Jawa yang membentuk Indische Partij atau Partai Hindia yang akhirnya diasingkan oleh pemerintah Kolonial Belanda jauh ke negeri kincir, Belanda.
Sikap radkal dan non-kooperatif dari partai rintisan Soewardi ini, membuat para punggawa partai itu diasingkan ke Belanda. Tokoh-tokoh terasing itu Soewardi Soerjaningrat, Ernst Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo.
Baca Juga: Di Balik Pemain Naturalisasi: Mengapa Banyak Orang Maluku di Belanda?
Source | : | Historiek |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR