Pada saat Führer Jerman naik ke kekuasaan, dia berjanji akan menghormati netralitas Swiss. Bahkan, pada bulan Februari 1937, dia memberitahu Anggota Dewan Federal Swiss, Edmund Schulthess, bahwa Jerman tidak akan menginvasi negara Eropa ini.
Tentu saja, kita harus mempertimbangkan bahwa Führer bukanlah seseorang yang kata-katanya bisa diambil begitu saja. Apalagi, selama konflik, Jerman dengan cepat menduduki beberapa negara terdekat, termasuk Denmark, Luksemburg, Belanda, Polandia, Norwegia, dan Belgia.
Mengetahui reputasi Jerman tersebut, Swiss kemudian memutuskan untuk meluangkan waktu untuk menggerakkan Angkatan Bersenjata. Pada puncaknya, Angkatan Bersenjata Swiss terdiri dari 850.000 tentara.
Kekuatan yang relatif besar ini ditempatkan di bawah komando Henri Guisan. Dia merupakan seorang prajurit seumur hidup dan salah satu orang berpengalaman di Angkatan Bersenjata Swiss.
Guisan membantu menerapkan rencana pertahanan Reduit Nasional. Rencana ini melibatkan tiga brigade gunung dan delapan divisi infanteri. Mereka berlatih untuk menghadapi potensi invasi dengan meniru pertempuran yang terjadi di Eropa saat itu.
Jika invasi terjadi, pemerintah Swiss akan mundur ke Pegunungan Alpen, dengan tujuan mempertahankan sebagian wilayah dan kekuasaan politik negara.
Perencanaan Operasi Tannenbaum
Saat Führer Jerman memberikan janjinya kepada Swiss, dia sepenuhnya mengharapkan negara itu akan bergabung jika suatu saat dibutuhkan. Namun, Swiss tetap setia pada janjinya untuk tetap netral.
Hal ini membuat pemerintah Jerman marah, dan rencana untuk menginvasi Swiss pun dibuat. Führer bahkan memberitahu Perdana Menteri Italia, Benito Mussolini.
“Swiss memiliki orang-orang dan sistem politik yang paling menjijikkan dan menyedihkan. Swiss adalah musuh bebuyutan Jerman yang baru,” demikian ujar Führer.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Taktik Hitler dan Nazi Menguasai Jerman dari Pemilu
KOMENTAR