Nationalgeographic.co.id—Setidaknya selama 1.500 tahun, rakyat Tibet memiliki hubungan yang kompleks dengan tetangganya yang besar dan berkuasa di timur, Tiongkok. Sejarah politik Tibet dan Tiongkok mengungkapkan bahwa hubungan tersebut tidak selalu bersifat sepihak seperti yang terlihat saat ini.
Memang benar, seperti halnya hubungan Tiongkok dengan bangsa Mongol dan Jepang, keseimbangan kekuatan antara Tiongkok dan Tibet telah bergeser bolak-balik selama berabad-abad.
Interaksi Awal antara Tibet dengan Tiongkok
“Interaksi pertama yang diketahui antara Tibet dan Tiongkok terjadi pada tahun 640 M,” tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtco. Saat itu Raja Tibet Songtsan Gampo menikahi Putri Wencheng, keponakan Kaisar Taizong dari Dinasti Tang. Songtsan Gampo juga menikah dengan seorang putri Nepal.
Kedua istri Songtsan Gampo beragama Buddha dan ini mungkin merupakan asal mula agama Buddha Tibet. Keyakinan ini tumbuh ketika masuknya umat Buddha dari Asia Tengah membanjiri Tibet pada awal abad ke-8, melarikan diri dari serangan pasukan Muslim Arab dan Kazakh.
Pada masa pemerintahannya, Songtsan Gampo menambahkan sebagian Lembah Sungai Yarlung ke wilayah Kerajaan Tibet. Keturunannya juga akan menaklukkan wilayah luas yang sekarang menjadi provinsi Qinghai, Gansu, dan Xinjiang di Tiongkok antara tahun 663 dan 692. Penguasaan wilayah perbatasan ini akan berpindah tangan selama berabad-abad yang akan datang.
Pada tahun 692, Kekaisaran Tiongkok merebut kembali wilayah barat mereka dari Tibet setelah mengalahkan mereka di Kashgar. Raja Tibet kemudian bersekutu dengan musuh-musuh Tiongkok, Arab, dan Turki bagian timur.
Kekuatan Kekaisaran Tiongkok semakin kuat pada dekade awal abad ke-8. Pasukan kekaisaran di bawah Jenderal Gao Xianzhi menaklukkan sebagian besar Asia Tengah.
Namun pasukan Tiongkok dikalahkan oleh bangsa Arab dan Karluk pada Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751. Kekuatan Tiongkok dengan cepat menyusut dan Tibet kembali menguasai sebagian besar Asia Tengah.
Orang-orang Tibet yang berpengaruh memanfaatkan keunggulan mereka, menaklukkan sebagian besar India utara. Mereka bahkan merebut ibu kota Tang di Tiongkok, Chang'an (sekarang Xian) pada tahun 763.
Tibet dan Tiongkok menandatangani perjanjian damai pada tahun 821 atau 822. Perjanjian tersebut menggambarkan perbatasan antara kedua kerajaan. Kekaisaran Tibet akan berkonsentrasi pada wilayahnya di Asia Tengah selama beberapa dekade berikutnya. Namun kemudian kerajaan tersebut terpecah menjadi beberapa kerajaan kecil yang terpecah-pecah.
Baca Juga: Makanan Orang Tibet Kuno di Kawasan Geografi Paling Tak Ramah
Source | : | thought.co |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Utomo Priyambodo |
KOMENTAR