Nationalgeographic.co.id—Tak hanya manusia, hewan juga mengetahui cara untuk mengobati dirinya jika sakit atau terluka. Misalnya, beberapa mamalia akan menjilat luka di kulitnya karena liurnya yang bisa menyembuhkan. Ada pun lumba-lumba akan menggosokkan tubuhnya ke karang di laut untuk mengobati infeksi kulit.
Primata punya kepandaian yang serupa dengan manusia. Simpanse mengetahui bahwa jenis tumbuhan tertentu punya khasiat herbal untuk mengobati penyakit mereka.
Salah satu laporannya diungkap di jurnal International Journal of Multidisciplinary Studies Studies pada 2017, bahwa simpanse mengonsumsi tanaman berbunga untuk mencegah perkembangan cacing di dalam usus.
Laporan yang lebih terbaru menyingkap lebih banyak tentang pemahaman simpanse dalam memanfaatkan tumbuhan sebagai pengobatan. Menurut studi yang dipublikasikan di PLOS One pada 20 Juni 2024, simpanse lebih banyak menggunakan tumbuhan sebagai pengobatan ketimbang tanaman lain.
Makalah bertajuk "Pharmacological and behavioral investigation of putative self-medicative plants in Budongo chimpanzee diets" mencatat ada 13 jenis tumbuhan yang dimanfaatkan simpanse. Dari jenis tanaman tersebut, para peneliti mencatat ada 17 sampel tanaman di lapangan yang biasanya dikonsumsi.
Melansir BBC, penulis utama Elodie Freymann dari Department of Anthropology and Museum Ethnography, University of Oxford menjelaskan bahwa temuan ini berdasarkan pengamatan dan analisis data historis komunitas simpanse di Uganda.
Pengamatan ini bermula ketika para peneliti mengamati beberapa satwa yang terluka. Tim mencari tahu apakah para satwa mengobati lukanya dengan tumbuhan atau tidak. Ketika menelusuri jejak-jejak kebiasaan memakan tumbuhan, sampel makanannya dianalisis yang ternyata memiliki sifat antibakteri.
Hutan Budongo yang ada di Uganda menyimpan keanekaragaman spesies vegetasi tropis yang berkhasiat. Penelitian ini menyingkap khasiat dari tumbuh-tumbuhan tertentu yang belum diketahui.
"Kami tidak dapat menguji segala sesuatu di hutan ini untuk khasiat obatnya," terang Freymann. "Jadi, mengapa tidak menguji saja tumbuhan yang kami miliki informasinya—yang dicari simpanse?"
Freymann sendiri sudah menghabiskan waktu berbulan-bulan selama empat tahun terakhir di hutan tersebut. Dia juga kerap mengikuti gerak-gerik kehidupan simpanse liar.
Guna mengetahui tumbuhan spesies apa yang dimanfaatkan simpanse, para peneliti mencari petunjuk dari beberapa individu simpanse yang terluka. Individu seperti ini akan terlihat seperti tertatih atau memegang bagian tubuhnya yang terluka. Kotoran dan urine yang dihasilkan mengandung informasi penyakit dan apa yang mereka makan.
Baca Juga: 10 Temuan Memukau Sepanjang 2023, Satu Tahun dalam Dunia Sains
Ternyata setelah dianalisis, 17 sampel tumbuhan tersebut mengungkap bahwa hampir 90 persen ekstraknya punya khasiat menghambat pertumbuhan bakteri. Sepertiga dari sampel juga punya sifat antiinflamasi alami yang dapat mengurangi rasa sakit dalam upaya penyembuhan.
"Simpanse yang makan pakis bisa menggunakan tangannya lagi [yang sebelumnya terluka] dalam beberapa hari berikutnya," terang Freymann, berdasarkan pengamatan pemulihan sepenuhnya.
Berdasarkan laporan mereka, 51 simpanse yang sakit, setelah mengonsumsi tumbuhan yang ada di daftar sampel, berhasil sembuh. Namun, dia juga menyarankan untuk berhati-hati dalam menafsirkan temuannya.
Kemungkinan, tidak bisa dibuktikan sepenuhnya bahwa salah satu sumber daya bisa menyembuhkan, melainkan sumber konsumsi lainnya juga dapat memengaruhi.
Dari 13 jenis tumbuhan, hanya 11 jenis di antaranya yang telah dimanfaatkan masyarakat tradisional setempat. Temuan ini memperkuat bahwa kemanjuran tumbuhan ini memang diketahui simpanse.
Pengetahuan primata akan tumbuhan pengobatan
Temuan Freymann dan lainnya bukanlah yang pertama mengenai kecerdasan primata dalam memanfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk pengobatan.
Dalam laporan Mei 2024, orang utan di Sumatra punya kemampuan menggunakan tumbuhan tertentu untuk pengobatan luka.
“Makalah ini memberikan temuan baru yang penting tentang perilaku pengobatan sendiri pada simpanse liar,” terang Isabelle Laumer, ahli biologi di Max Planck Institute of Animal Behavior di Konstanz, yang meneliti orang utan ketika memberi tanggapan terkait studi simpanse di Science.
Para ilmuwan juga menyingkap bahwa orang utan di Kalimantan Timur sering mengonsumsi aneka tumbuhan yang punya khasiat herbal. Dari 59 jenis tumbuhan pakan orang utan di Bentang Alam Wehea-Kelay, ternyata 50 persen di antaranya telah dimanfaatkan oleh masyarakat tradisional sekitar.
"Jenis tumbuhan tersebut digunakan sebagai antiluka, antiinfeksi dan peradangan, suplemen, dan penggunaan lainnya," terang Irawan Wijaya Kusuma, profesor dan pengajar di Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman dalam laporan sebelumnya.
Lebih dari 95 persen DNA orang utan dan simpanse punya kemiripan dengan manusia. Temuan khasiat ragam tumbuhan hutan yang dimanfaatkan primata non-manusia dapat menjadi eksplorasi pemanfaatan untuk pengobatan manusia.
Alex Sumadijaya, peneliti Biosistematika dan Evolusi BRIN menuturkan dalam majalah National Geographic Indonesia edisi Juli 2024 bahwa ada banyak jenis tumbuhan di luar pulau Jawa yang belum tersingkap. Artinya, masih ada banyak potensi tumbuhan yang bisa dimanfaatkan manusia, terutama di bidang kesehatan.
Pemanfaatannya pun harus melibatkan konservasi. Ekosistem sehat dapat merawat kehidupan hajat hidup para satwa "cerdas" dan tumbuhan berkhasiat yang masih menyimpan misteri untuk menolong kehidupan manusia.
Source | : | National Geographic Indonesia,Science,BBC |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR