Tari bebas di dinding batu
Di dunia panjat tebing, ada sekelompok pendaki yang lebih tertarik pada keindahan gerakan daripada sekadar mencapai puncak tertinggi. Mereka adalah para boulderer, para penari bebas di atas batu.
Bouldering, dalam bahasa sederhana, adalah seni memanjat tebing atau batu kecil tanpa menggunakan tali pengaman. Karena ketinggian yang tidak terlalu ekstrem, risiko jatuh pun relatif lebih kecil. Olahraga ini pertama kali populer di kawasan Fontainebleau, Prancis, pada pertengahan abad lalu.
Mengapa para pendaki tertarik pada bouldering? Jawabannya sederhana: kebebasan bergerak. Tanpa terbebani oleh tali atau peralatan pendakian lainnya, para boulderer bisa fokus sepenuhnya pada mengasah teknik dan kekuatan tubuh mereka. Setiap gerakan, setiap tarikan jari, dan setiap pijakan kaki menjadi sebuah tantangan tersendiri.
Salah satu tokoh penting dalam perkembangan bouldering adalah John Gill, seorang perwira angkatan udara sekaligus ahli matematika. Gill, yang tinggal di Colorado Springs, Amerika Serikat, berhasil membawa bouldering ke level yang baru.
Ia menggabungkan prinsip-prinsip pelatihan senam dengan teknik panjat, menciptakan gaya bouldering yang unik. Selain itu, Gill juga memperkenalkan penggunaan magnesium karbonat untuk menjaga tangan tetap kering saat memanjat.
"Sebuah inovasi yang hingga kini masih digunakan oleh para boulderer di seluruh dunia," terang Wilkinson.
Lahirnya era baru di Yosemite
Lembah Yosemite, dengan dinding granitnya yang menjulang tinggi, telah lama menjadi arena pertempuran bagi para pendaki yang tak kenal lelah. Setelah Perang Dunia II, lembah ini menjadi saksi bisu lahirnya era baru dalam dunia panjat tebing.
Salah satu tokoh kunci dalam perkembangan panjat tebing di Yosemite adalah John Salathé, seorang imigran Swiss yang memiliki keahlian luar biasa dalam bidang pandai besi. Salathé mengembangkan jenis paku baru yang terbuat dari baja sangat keras.
Baca Juga: Mengenang Joe Brown, Pendaki Legendaris yang Wariskan Jalur Pendakian
KOMENTAR