Cerita rakyat Jepang tentang dewa badai Susanoo yang membunuh naga berkepala delapan Yamata-no-Orochi juga diduga terinspirasi oleh Ngwhi. Yamata-no-Orochi melahap gadis-gadis muda, setelah terlebih dahulu membuatnya mabuk karena sake.
Qijianglong—dinosaurus yang paling mirip naga
Penemuan tulang dinosaurus, khususnya di Tiongkok kuno, kemungkinan memengaruhi perkembangan mitos naga. Tiongkok kaya akan fosil mamenchisauridae, dinosaurus yang dikenal karena lehernya yang sangat panjang.
Contoh penting adalah Qijianglong, atau “naga Qijiang,” yang ditemukan pada tahun 2006. Tubuhnya sepanjang 15 meter, yang sebagian besar digunakan untuk menopang kepalanya yang besar. Tulang lehernya terisi udara, membuatnya ringan dan berpotensi menyebabkan terlepasnya setelah mati.
Orang-orang Tiongkok kuno mungkin telah menemukan tulang-tulang yang sangat besar ini. Mereka membayangkan naga-naga panjang dan berbelit-belit yang menjadi ciri khas mitologi Asia. Kisah tersebut sangat kontras dengan naga-naga yang lebih besar dalam cerita rakyat Barat.
Apep—pola dasar naga-naga kuno
“Naga lebih sering dikaitkan dengan para dewa,” kata Nevins. Di Mesir Kuno, dewa Apep merupakan perwujudan pola dasar seekor naga. Ia mungkin salah satu yang paling tangguh dalam mitologi.
Dikenal juga sebagai Apophis, ular raksasa ini merupakan pola dasar naga dan setan kuno, yang telah ada sejak awal waktu. Apep, “Penguasa Kekacauan,” terlibat dalam perjuangan abadi melawan Ra, dewa matahari. Ra melakukan upaya tanpa henti untuk melempar Apep dunia ke dalam kegelapan abadi.
Meskipun mengalami kekalahan berulang kali, Apep tidak pernah menyerah. Ia kembali setiap hari dengan tatapannya yang menghipnotis. Juga mengatur gempa bumi dan badai petir untuk mempertahankan kekuasaannya yang menyeramkan. Semuanya dalam upaya untuk memadamkan sumber cahaya itu sendiri—matahari itu sendiri.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR