Dipendra pertama kali menembaki ayahnya, sang raja. Mendengar suara tembakan, para ajudan istana mencoba mendobrak pintu kaca untuk menyelamatkan anggota keluarga lainnya. Penembakan terus berlanjut. Setelah membunuh beberapa anggota keluarga lainnya, Dipendra pergi mencari ibunya di taman.
Adik laki-lakinya, Nirajan, dilaporkan memohon kepada Dipendra, “Jangan lakukan itu, kumohon. Bunuh aku jika kau mau.” Dipendra menembak mati adik laki-lakinya dan kemudian tetap membunuh ibunya.
Setelah Dipendra membunuh sembilan anggota keluarganya sendiri, pamannya melangkah maju dan konon berkata, “Kau sudah cukup membuat kerusakan, serahkan senjatanya sekarang.” Sebagai tanggapan, Dipendra menembak dan melukai pamannya sebelum mengarahkan senjatanya ke dirinya sendiri.
Peristiwa itu secara otomatis membuat sang putra mahkota menjadi Raja Dipendra. Ia dibawa ke rumah sakit, di mana ia koma selama tiga hari. Raja Dipendra tidak pernah sadar kembali. Ketika ia meninggal pada tanggal 4 Juni, pamannya Gyanendra menjadi raja terakhir Nepal.
Saat Dipendra masih tidak sadarkan diri, Gyanendra menyatakan bahwa kematian tersebut disebabkan oleh tembakan senjata otomatis yang tidak disengaja.
Penyelidikan terhadap peristiwa tersebut dilakukan dan Dipendra dinyatakan bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.
Putra Mahkota Dipendra
Arsitek pembantaian kerajaan Nepal, Putra Mahkota Dipendra, lahir pada tanggal 27 Juni 1971. Tujuh bulan kemudian ayahnya menjadi Raja Nepal.
Ia mengenyam pendidikan awal dan pendidikan universitasnya di Nepal. Dipendra mengenyam pendidikan di Eton College di Inggris Raya selama masa remajanya.
Ada yang mengatakan bahwa Dipendra adalah anak yang berperilaku baik. Sementara yang lain mengatakan bahwa ia kerap mengamuk. Ia bahkan menunjukkan kecenderungan sadis jika orang tuanya tidak memperhatikannya karena sibuk dengan tugas kerajaan.
Baca Juga: Mengupas Fakta di Balik Keunikan Bentuk Bendera Nasional Nepal
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR